Laman

Jumat, 18 Maret 2011

MENEJEMEN PENINGKATAN MUTU

DALAM PERSPEKTIF KAIZEN

Oleh : Drs. H. IMAM GOZALI DJAMAL

(Sebuah Kajian Perbaikan Peningkatan Menejemen Mutu Pendidikan)

PENDAHULUAN

I. Latar belakang

Sebagai suatu keniscayaan, bahwa kompetisi menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam Memasuki kehidupan pada era global seperti sekarang ini. Oleh sebab itu agar kita memiliki kemampuan hidup di era global tersebut bahkan agar mampu bersaing dengan baik, diperlukan modal yang kuat dan strategi yang memadai. Modal yang dibutuhkan dan dipersiapkan ini adalah sumber daya alam, dan sumber daya manusia yang berkualitas menjadi sesuatu yang mutlak penting untuk dimiliki. Meskipun demikian sumber daya alam yang melimpah bukan merupakan jaminan dalam memenangkan kompetisi global, akan tetapi sumber daya manusia yang berkualitas sebagai pemegang kunci kemenangannya. Oleh karena itu sumber daya manusia yang berkualitas menjadi faktor penting dan sekaligus penentu dalam mengantisipasi kehidupan global.

Sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas merupakan modal dasar yang keberadaannya tidak bisa lepas dari peran lembaga pendidikan. Artinya kualitas sumber daya manusia yang baik tidak lepas dari peran serta pendidikan yang baik. Pendidikan dikatakan baik apabila dalam perencanaan, pelaksanaan dan hasilnya mampu mengantisipasi terhadap tuntutan perubahan zaman dan bahkan mampu mempelopori terjadinya perubahan.

Selama ini mutu pendidikan masih menjadi persoalan mendasar bagi bangsa Indonesia. Bahkan berbagai upaya telah dilakukan guna mencari solusi jalan keluarnya seperti halnya pengembangan kurikulum nasional, peningkatan kompetensi guru melalui pelatihan, pengadaan buku dan alat pelajaran, pengadaan dan perbaikan sarana dan prasarana pendidikan dan peningkatan mutu manajemen sekolah, namun demikian hingga kini hasilnya masih belum menggembirakan.

Manajemen Mutu Terpadu sangat populer di lingkungan organisasi profit, khususnya di lingkungan berbagai badan usaha/perusahaan dan industri, yang telah terbukti keberhasilannya dalam mempertahankan dan mengembangkan eksistensinya masing – masing dalam kondisi bisnis yang kompetitif. Kondisi seperti ini telah mendorong berbagai pihak untuk mempraktekannya di lingkungan organisasi non profit termasuk di lingkungan lembaga pendidikan.

Menurut Hadari Nawari (2005:46) Manajemen Mutu Terpadu adalah manejemen fungsional dengan pendekatan yang secara terus menerus difokuskan pada peningkatan kualitas, agar produknya sesuai dengan standar kualitas dari masyarakat yang dilayani dalam pelaksanaan tugas pelayanan umum (public service) dan pembangunan masyarakat (community development). Konsepnya bertolak dari manajemen sebagai proses atau rangkaian kegiatan mengintegrasikan sumber daya yang dimiliki, yang harus diintegrasi pula dengan pentahapan pelaksanaan fungsi – fungsi manajemen, agar terwujud kerja sebagai kegiatan memproduksi sesuai yang berkualitas. Setiap pekerjaan dalam manajemen mutu terpadu harus dilakukan melalui tahapan perencanaan, persiapan (termasuk bahan dan alat), pelaksanaan teknis dengan metode kerja/cara kerja yang efektif dan efisien, untuk menghasilkan produk berupa barang atau jasa yang bermanfaat bagi masyarakat.

Untuk dapat mencapai kualitas produk yang baik dan sesuai dengan kebutuhan pelanggan perusahaanharus mampu hanya menghasilakan produk yang sesuai dengan keinginan pelanggan. Untuk mewujudkan perlu suatu filosofi untuk menghilangkan pemborosan. Selain itu, usaha menghasilkan produik yangbermutu hanya dapat dicapai bila proses bermutu dapat dicapai. Perbaikan-perbaikan yang dapat dilakukan penghematan diberbagai bidang hanya dapat dilakukan dalam suatu proses yang berlangsung panjang dan terus menerus dan berkesinambungan. Sebagaimana tradisi kaizen yang dilakukan oleh bangsa Jepang dan mencoba akan melihat sisi positif moral kaizen untuk diadopsi dalam menejemen peningkatan mutu pendidikan.

Sejak awal, ketika mengadopsi sistem kualitas, perusahaan-perusahaan Jepang selalu mempertimbangkan budaya setempat. Jepang unggul karena menggunakan pendekatan adaptasi budaya dalam penjualan produknya. Keunggulan kompetitif produk Jepang adalah budaya organisasi yang akan menjadi "key-drivers."Budaya organisasi adalah "soft side," sedangkan "hard side" meliputi struktural, sistem produksi, teknologi, dan desain. Ilustrasinya: kita tidak mungkin menerapkan teknologi maju, kalau tidak didukung dengan mindset (budaya) yang memadai.

Budaya organisasi pada masyarakat Jepang disebut "Kaizen," yang artinya "penyempurnaanberkesinambungan," yang melibatkan semua anggota dalam hirarkhi perusahaan, baik manajemen maupun karyawan. Intinya: kesadaran bahwa manajemen harus memuaskan pelanggan dan memenuhi kebutuhan pelanggan, jika perusahaan ingin tetap eksis, memperoleh laba, dan berkembang. Tujuannya: menyempurnakan mutu, proses, sistem, biaya, dan penjadwalan demi kepuasan pelanggan. Metode Kaizen: pertama, mengubah cara kerja karyawan sehingga karyawan bekerja lebih produktif, tidak terlalu melelahkan, lebih efisien, dan aman; kedua, memperbaiki peralatan; ketiga, memperbaiki prosedur INOVASI lah "Inovasi, " yang merupakan Konsep lain dikenal dengan istilah perubahan besar dalam mengikuti perkembangan teknologi. Inovasi menggunakan konsep-konsep dan teknik produksi baru yang bersifat dramatis dan sangat menyolok. Dibandingkan dengan "inovasi," Kaizen tidak memerlukan teknik- teknik yang canggih dan investasi yang besar. Langkah pertama Kaizen, lakukan "review" terhadap "standar kerja" yang berlaku untuk memeriksa kinerja saat ini; kedua lakukan masih dapat diperbaiki. Jika sudah kinerja "estimasi" seberapa jauh optimal barulah standar dinaikkan. Dampaknya akan terlihat pada "proses produksi dan pasar." Produk-produk buatan Jepang dikenal dengan kualitasnya yang bagus dengan harga yang kompetitif.

II. Penbahasan

A. Pengertian Menejemen Mutu Pendidikan

Secara umum, mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau yang tersirat. Dalam konteks pendidikan pengertian mutu paling tidak mencakup mencakup pada tiga hal yang harus sangat diperhatikan yaitu:

1. Input

2. Proses dan

3. Output pendidikan.

Pertama Input, Input Pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Sesuatu yang dimaksud berupa sumberdaya dan perangkat lunak serta harapan-harapan sebagai pemandu bagi berlangsunnya proses. Input sumber daya meliputi sumberdaya manusia (kepala sekolah, guru termasuk guru BP, karyawan, siswa) dan sumberdaya selebihnya (peralatan, perlengkapan, uang, bahan, dsb.). Input perangkat lunak meliputi struktur organisasi sekolah, peraturan perundang-undangan, deskripsi tugas, rencana, program, dsb. Input harapan-harapan berupa visi, misi, tujuan, dan sasaran- sasaran yang ingin dicapai oleh sekolah. Kesiapan input sangat diperlukan agar proses dapat berlangsung dengan baik. Oleh karena itu, tinggi rendahnya mutu input dapat diukur dari tingkat kesiapan input. Makin tinggi tingkat kesiapan input, makin tinggi pula mutu input tersebut.

Kedua adalah Proses, Proses Pendidikan merupakan berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Sesuatu yang berpengaruh terhadap berlangsungnya proses disebut input sedangkan sesuatu dari hasil proses disebut output. Dalam pendidikan bersekala mikro (ditingkat sekolah), proses yang dimaksud adalah proses pengambilan keputusan, proses yang dimaksud adalah proses pengembilan keputusan, proses pengelolaan kelembagaan, proses pengelolaan program, proses belajar mengajar, dan proses monitoring dan evaluasi, dengan catatan bahwa proses belajar memiliki tingkat kepentingan tertinggi dibanding dengan proses- proses lainnya.

Proses dikatakan bermutu tinggi apabila pengkoordinasian dan penyerasian serta pemaduan input sekolah (guru, siswa, kurikulum, uang, peralatan dsb) dilakukan secara harmonis, sehingga mampu menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan (enjoyable learning), mampu mendorong motivasi dan minat belajar, dan benar-benar mampu memberdayakan peserta didik. Kata memberdaykan mengandung arti bahwa peserta didik tidak sekadar menguasai pengetahuan yang diajarkan oleh gurunya, akan tetapi pengetahuan tersebut juga telah menjadi muatan nurani peserta didik, dihayati, diamalkan dalam kehidupan sehari-hari dan lebih penting lagi peserta didik tersebut mampu belajar secara terus menerus (mampu mengembangkan dirinya).

Ketiga Output, Output pendidikan adalah merupakan kinerja sekolah. Kinerja sekolah adalah prestasi sekolah yang dihasilkan dari proses/perilaku sekolah. Kinerja sekolah dapat diukur dari kualitasnya, efektivitasnya, produktivitasnya, efesiendinya, inovasinya, kualitas kehidupan kerjanya dan moral kerjanya. Khusus yang berkaitan dengan mutu output sekolah, dapat dijelaskan bahwa output sekolah dikatakan berkualitas/bermutu tinggi jika prestasi sekolah, khusunya prestasi belajar siswa, menunjukkan pencapaian yang tinggi dalam :

1. Prestasi akademik, berupa nilai ulangan umum EBTA, EBTANAS, karya ilmiah, lomba akademik, dan

2. Prestasi non-akademik, seperti misalnya IMTAQ, kejujuran, kesopanan, olah raga, kesnian, keterampilan kejujuran, dan kegiatan-kegiatan ektsrakurikuler lainnya. Mutu sekolah dipengaruhi oleh banyak tahapan kegiatan yang saling berhubungan (proses) seperti misalnya perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. Dalam rangka umum mutu mengandung makna derajat (tingkat) keunggulan suatu produk (hasil kerja/upaya) baik berupa barang maupun jasa; baik yang tangible maupun yang intangible.

Dalam konteks Menejemen pendidikan peningkatan mutu, dalam hal ini mengacu pada proses pengelolaan pendidikan dan hasil output pendidikan. Dalam “proses pendidikan” yang bermutu terlibat berbagai input, seperti; Menejerial pengelolaan pendidikan, bahan ajar (kognitif, afektif, atau psikomotorik), metodologi (bervariasi sesuai kemampuan guru), sarana sekolah, dukungan administrasi dan sarana prasarana dan sumber daya lainnya serta penciptaan suasana yang kondusif dengan menejemen peningkatan mutu pendidikan yang berkesinambungan secara terus menerus seperti semangan kizen sebagai suatu budaya bangsa jepang yang sangat positif bila diterapkan didalam pengelolaan pendidkan di Indonesia.

Manajemen sekolah, dukungan kelas berfungsi mensinkronkan berbagai input tersebut atau mensinergikan semua komponen dalam interaksi (proses) belajar mengajar baKomite Sekolah, Orangtua siswa, pesereta didik (stike holder) dan sarana pendukung di kelas maupun di luar kelas; baik konteks kurikuler maupun ekstra-kurikuler, baik dalam lingkup subtansi yang akademis maupun yang non-akademis dalam suasana yang mendukung proses pembelajaran dalam upaya peningkatan mutu pendidikan.

B. Karakteristik Bangsa Jepang

Negara Jepang itu secara geografis adalah negara yang sangat minim sumber daya alam. Jepang mempunyai area yang sangat terbatas. Daratannya, 80% berupa pegunungan dan tidak cukup untuk meningkatkan pertanian dan peternakan. Namun hal ini tidak menyurutkan mental dan tekad bangsa tersebut untuk maju dan bersaing untuk membuktikan bahwa negaranya layak menjadi lebih unggul daripada negara lain di dunia. Karakteristik bangsa Jepang yang utama adalah sikap dan mentalitas pekerja keras. Bagi mereka hidup adalah bekerja. Orang - orang Jepang sangat disiplin dan menaruh penghargaan yang sangat tinggi terhadap waktu. Orang Jepang sudah biasa bekerja 14 - 18 jam sehari, 94 - 126 jam seminggu. Selain itu membaca adalah kesukaan orang Jepang, jika kita melihat disepanjang jalan dan sudut kota di Jepang setiap orang sibuk dan asyik tenggelam dengan bacaannya dan sangat suka belajar. Bagi mereka tiada waktu selain bekerja dan belajar.

Jepang laksana suatu negara “industri terapung” yang besar sekali, mengimpor bahan baku dari semua negara di dunia dan mengekspor barang jadinya. Saat ini Jepang menjadi raksasa ekonomi nomor dua di dunia. Industri mobil Jepang bisa dikatakan telah merajai sebagian pasar jenis mobil sedan seperi merk Honda, Toyota, Mazda dan Suzuki, belum lagi produk Jepang lainnya berupa peralatan elektronik seperti kita mengenal merk Sharp, Sony, Sanyo, Toshiba, Canon, dan sebagainya, serta produk kreatif dan inovatif lainnya seperti robot yang bisa membantu pekerjaan rumah tangga, kacamata yang bisa melacak benda yang hilang, kereta listrik kecepatan super cepat JR-Maglev. Salah satu kereta api tercepat dunia dengan kecepatan resmi, 581 km/jam (2003, Guiness World Record). Kereta api super cepat Jepang ini tidak berjalan pada relnya, tapi melayang, diatas relnya setinggi 10 cm. Salah satu rahasia sukses terbesar bangsa Jepang adalahKaizen. Kaizen (baca: kai-seng). Kai = merubah dan Zen = lebih baik.

C. Pengertian Kaizen

Adalah peningkatan terus menerus / berkesinambungan (continous improvement)atau usaha perbaikan berkelanjutan untuk menjadi lebih baik dari kondisi sekarang. Konsep yang lahir di Jepang yang bermula karena pengalaman orang-orang Jepang belajar pada perusahaan-perusahaan di Amerika yang setelah beberapa puluh tahun kemudian ternyata perusahaan Amerika tidak pernah melakukan perubahan atau pengembangan bagaimana perusahaan tersebut bekerja tetapi tetap persis sama dengan ketika berpuluh tahun yang lalu mereka ke sana pertama kali. Bangsa Jepang yang telah membuktikan bahwa Kaizen mampu membangun kembali keterpurukan akibat kekalahan dalam Perang Dunia II. Jepang mampu membudayakan proses Kaizen, membuat segalanya semakin sempurna, menciptakan produk-produk industri unggulan, sehingga Jepang mampu membangun the whole of industry and business. Kekuatan baru ekonomi dan industri pasca PD II. Jepang menjadi bangsa yang sangat diperhitungkan dalam percaturan dunia karena peradaban yang sangat maju melalui penguasaan teknologi dan bidang perdagangan dunia. Kaizen dipopulerkan oleh Masaaki Imai (1986) melalui bukunya Gemba Kaizen. Kaizen sebenarnya merupakan sebuah konsep atau mindset, agar orang selalu berpikir dan berusaha membuat lebih baik dari yang sudah ada, dengan melakukan pengamatan di tempat kerja atau Gemba.

Kaizen dibagi menjadi 3 segmen, tergantung kebutuhan masing-masing perusahaan, yaitu:

1. Kaizen yang berorientasi pada Manajemen, memusatkan perhatiannya pada masalah logistik dan strategis yang terpenting dan memberikan momentum untuk mengejar kemajuan dan moral.

2. Kaizen yang berorientasi pada Kelompok, dilaksanakan oleh gugus kendali mutu, kelompok Jinshu Kansi/manajemen sukarela menggunakan alat statistik untuk memecahkan masalah, menganalisa, melaksanakan dan menetapkan standar/prosedur baru.

3. Kaizen yang berorientasi pada Individu, dimanifestasikan dalam bentuk saran, dimana seseorang harus bekerja lebih pintar bila tidak mau bekerja keras.Sasaran utama dari Kaizen adalah menghilangkan pemborosan yang tidak memberikan nilai tambah produk/jasa dari perspektif konsumen.

Pemborosan-pemborosan itu perlu dieliminir karena menimbulkan biaya-biaya yang menyebabkan berkurangnya profit. Disamping itu konsumen tidak mau menanggung biaya-biaya yang tidak perlu tersebut. Kaizen dilakukan dengan melibatkan semua orang, mulai dari manajer sampai karyawan/karyawati pada level bawah, mengandalkan pengamatan di tempat kerja, dilakukan dengan biaya yang cukup murah, dan berhasil meningkatkan keunggulan bersaing produk di bidang mutu dan harga. Selain itu, juga menanamkan mindset untuk selalu berpikir ke arah yang lebih baik, untuk selalu belajar dan memperbaiki diri. Kaizen berarti peningkatan dalam keahlian. Maksudnya kaizen itu erat sekali hubungannya dengan kesadaran akan pencarian masalah, kreativitas dan penciptaan ide, serta implementasinya. Kaizen berarti “Menyelesaikan Masalah”. Entah itu masalah yang ditemukan karena situasi, masalah yang digali, atau masalah yang diciptakan dengan sengaja. Tidak memiliki masalah juga berarti masalah itu sendiri. Bisa terjadi karena masalah tersebut tidak disadari, tidak bisa diramalkan, atau karena anggapan kalau dunia itu seperti mereka apa adanya (The frog inside the cage). Point penting dalam proses penerapan Kaizen yaitu Konsep 3M (Muda, Mura, danMuri). Konsep ini dibentuk untuk mengurangi kelelahan, meningkatkan mutu, mempersingkat waktu dan mengurangi atau efsiensi biaya. Dalam istilah Jepang, Muda diartikan sebagai mengurangi pemborosan, Mura diartikan sebagai mengurangi perbedaan dan Muri diartikan sebagai mengurangi ketegangan. Unsur-unsur Kaizen sendiri terangkum dalam paying Kaizen (Kaizen umbrella), yang terdiri atas : 1. Fokus pada pelanggan 2. Pengendalian kualitas terpadu (Total Quality Control) 3. Robotik 4. Gugus kendali mutu 5. Sistem saran 6. Otomatisasi 7. Disiplin di tempat kerja 8. Pemeliharaan produktivitas terpadu (Total Productive Maintenance) 9. Kanban10. Penyempurnaan kualitas 11. Tepat waktu (just in time) 12. Tanpa cacat (zero defect) 13. Aktivitas kelompok kecil 14.Hubungan kerjasama karyawan-manajemen 15.Pengembangan produk baru DalamKaizen, manajemen puncak memegang peranan dan tanggung jawab untuk melakukan beberapa hal berikut : 1.Mengintroduksi Kaizen sebagai strategi perusahaan 2.Memberikan dukungan dan pengarahan untuk Kaizen dengan mengalokasikan sumber daya 3.Menetapkan kebijakan Kaizen dan sasaran fungsional silang 4.Merealisasikan sasaran Kaizen melalui penyebarluasan kebijakan dan audit 5.Membuat sistem, prosedur, dan struktur yang membantu Kaizen Peranan manajemen madya dan staf adalah terlibat dan bertanggung jawab untuk : a.Menyebarluaskan dan mengimplementasikan sasaran Kaizen sesuai pengarahan manajemen puncak melalui penyebarluasan kebijakan dan manajemen fungsional silang b.Mempergunakan Kaizen dalam kapabilitas fungsional c.Menetapkan, memelihara, dan meningkatkan standar d.Mengusahakan agar karyawan sadar Kaizen melalui program latihan intensif e.Membantu karyawan memperoleh ketrampilan dan alat pemecah masalah Penyelia (supervisor) mempunyai peran bertanggung jawab dalam :

Supervisor mempunyai peran bertanggung jawab dalam :

1. Mempergunakan Kaizen dalam peranan fungsional

2. Memformulasikan rencana untuk Kaizen dan memberikan bimbingan kepada karyawan

3. Menyempurnakan komunikasi dengan karyawan dan mempertahankan moral tinggi

4. Mendukung aktivitas kelompok kecil (seperti gugus mutu) dan system saran individual

5. Mengintroduksi disiplin di tempat kerja

6. Memberikan saran Kaizen

Sedang setiap karyawan memiliki tanggung jawab untuk :

a. Melibatkan diri dalam Kaizen melalui sistem saran dan aktivitas kelompok kecil

b. Mempraktikkan disiplin di tempat kerja

c. Melibatkan diri dalam pengembangan diri yang terus menerus supaya menjadi pemecah masalah yang lebih baik

d. Meningkatkan ketrampilan dan keahlian kinerja pekerjaan dengan pendidikan silang Rencana lima langkah (Kaizen Five-Step Plan) merupakan pendekatan dalam implementasi Kaizen yang digunakan perusahaan-perusahaan Jepang. Lima langkah ini sering pula disebut gerakan

Langkah 5-S yang dimaksudkan adalah yaitu :

1. Seiri (mengatur atau membereskan). Langkah yang bertujuan untuk memisahkan antara yang perlu dan tidak perlu serta membuang atau menyingkirkan yang tidak perlu dalam hal :

a) Alat yang tidak perlu, b) Mesin yang tidak dipakai, c).Produk cacat, d)Barang dalam proses, e).Surat dan dokumen

2. Seiton (menyimpan dengan teratur). Langkah untuk menyimpan Alat dan material di tempat yang tepat secara teratur sehingga siap pakai bila sewaktu-waktu dibutuhkan.

3. Seiso (membersihkan). Langkah untuk memelihara kebersihan tempat kerja sehingga pekerjaan dapat berjalan dengan efisien.

4. Seiketsu (kebersihan pribadi). Langkah untuk membiasakan karyawan agar bersih dan rapi sehingga memiliki penampilan yang mencerminkan profesionalisme dalam melaksanakan tugas kerja.

5. Shitsuke (disiplin). Langkah untuk melaksanakan ketaatan terhadap prosedur kerja yang baku. Hal ini membutuhkan disiplin pribadi. Kesimpulannya Kaizen tidak akan pernah berjalan tanpa dilandasi oleh dorongan untuk berpikir dan berjalan terus menerus, secara disiplin menuju ke arah kesempurnaan.

III. Kesimpulan

Kaizen sebagai suatu usaha melakukan perbaikan terus menerus, hari ini harus lebih baik dari kemarin dan besok harus lebih baik dari hari ini. Seperti pesan kanjeng Nabi Muhammad SAW 14 abad yang lalu yang berbunyi : "Barangsiapa yang hari ini lebih baik dibandingkan yang kemarin, maka ia termasuk orang sukses/beruntung. Barangsiapa yang hari ini sama seperti yang kemarin, maka dia termasuk orang yang tertipu. Barangsiapa yang hari ini lebih buruk dibandingkan yang kemarin, maka dia termasuk orang-orang yang merugi/celaka di hadapan Allah".Kita harus paling tidak meniru mengikuti kebiasaan baik orang Jepang ini yaitu membaca; berpikir; mengevaluasi dan menyempurnakan. Ingatlah bahwa Allah meninggikan derajat bagi kaum yang senantiasa berpikir. Katakanlah : "Samakah orang yang berilmu, dan orang yang tiada berilmu ...?" (QS Az-Zumar 39-9). Mari ber Kaizen sekarang juga : "Ambil yang baik, buang yang buruk, buatlah hasil karya dengan sentuhan baru!"

1. Kerja Dalam Tim

Kepuasan yang sebenarnya terletak pada proses perbaikan itu sendiri melalui usaha-usaha yang kreatif. Kompetensi saja tidak cukup. Yang diperlukan adalah "kemampuan bekerja dalam Tim" secara efektif dengan memanfaatkan keahlian, kemampuan, dan pengetahuan yang dimiliki guna memperbaiki kelemahan dalamlembaga

2. Adopsi

Belajar dari Jepang mulai dari restorasi Meiji dengan menyerap teknologi dari Barat, khususnya Jerman, yang kala itu sangat maju teknologinya. Nilai-nilai modern "diadopsi dan dia daptasi" dengan "budaya setempat," agar menjadi budaya yang unggul.

3. Jati Diri Bangsa

Jati diri bangsa dibangun di atas nilai-nilai modern yang "diolah" (diadopsi dan diadaptasi) dengan nilai-nilai tradisi setempat. Dalam waktu 25 tahun, Jepang berhasil membangun teknologi sejajar dengan dunia Barat

4. Praktek Manajemen

Jangan menelan mentah-mentah konsep dan prakek manajemen Barat, kita harus "memilah dan memilih" yang sesuai dengan "situasi budaya" kita agar menjadi "praktek manajemen" yang unggul. Ilustrasi: hasil foto kopi tidak pernah lebih baik dari aslinya, tetapi hasil memfotokopi "prinsipprinsip- prinsip dasar" kemudian mewarnai dasar tersebut dengan budaya setempat prinsip akan menghasilkan karya yang lebih indah dari aslinya.

Daftar Pustaka

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1998). Panduan Manajemen Sekolah,

Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah.

Departemen PendidikanNasional. (2002) Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, buku I, Jakarta ; Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah.

Departemen Pendidikan Nasional (2003) Undang Undang RI. No: 20 Tahun 2003. Tentang Sistim Pendidikan Nasional.

Robbins, Stephen P. 1996. Perilaku Organisasi. Terjemahan Oleh Pujaatmaka. 1996. Jakarta: PT Prenhallindo.

Mulyasa, 2003 : Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung : ROSDA