PEMIMPIN DALAM PERPEKTIF ISLAM
Disampaikan Oleh: Drs. H. Imam
Gozali, M.Pd.I
Assalamualaikum wr.wb
اَلْحَمْدُ للهِ الّذِىْ اَكْرَمَ ماالمتقين, وَاَوْعَدَ مَنْ
خَالَفَهُ بِغَضَبِه ِوَعَذَابِ الجحيمِ, اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ
لاَ شَرِيْكَ الملك الحق المبينُ واسهد َاَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ المبعوث رحمة
للعالمينِ. اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيْدِنَا مُحَمَّدٍ
رَسُوْلِ اللهِ وَخَيْرِ خَلْقِهِ اجمعين, وَعَلَى الِهِ وَاصَحْابِهِ المجَاهَدُين الطاهرين. اما بعد :
فَيَااَيُّهَاالنَّاسُ اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ
وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
Hadirin Jamaah Jumat Rahimakumullah
Marilah kita beryukur kehadirat Alloh atas segala
nikmat dan hidayahnya sehingga kita dapat menunaikan ibadah solat jum;at. Sholawat
salam semoga Alloh swt selalu limpahkan kepada junjungan kita Nabi agung Muhammad
saw, kepada keluarga dan sahabatnya. Tingkatkan ketakwaan kepada Alloh agar kita
menjadi manusia yang berbahagia dunia akhirat amiin
Kemarin
hari rabu tanggal, 09 April 2014 telah melaksanakan hajatan kolektif berupa kewajiban memilih
pemimpin bangsa untuk 5 tahun medatang dan akan.memilih presiden Top leder di negeri ini, Memang
secara hakiki kita semua adalah pemimpin. Namun dalam lingkup yang lebih luas,
kita berkewajban untuk menentukan siapa yang patut dan pantas kita pilih untuk
mewakili kita dalam memimpin bangsa yang beragam dan beranekawarna ini.
Berbicara masalah memilih pemimpin dan
kepemimpinan, ajaran Islam sangat detil ketika membincangkan tentang pemilihan
pemimpin, karena hal tersebut memiliki dampak yang luas, tidak hanya pada
individu, namun juga pada masyarakat dan lingkungan yang akan dipimpinnya
kelak.
Berbagai persyarat pun digariskan oleh Islam
terkait calon pemimpin yang dianggap layak untuk memimpin komunitas,
organisasi, daerah, hingga level negara, antara lain
adalah shiddiq (benar), amanah(terpercaya), tabligh (menyampaikan kepada umat), dan fathanah(cerdas).
Keempat syarat kepemimpinan tersebut
sesungguhnya mengacu pada karakter kepemimpinan Rasulullah saw yang terbukti
mampu menciptakan masyarakat yang adil, makmur, dan penuh dengan barakah serta
keridhaan I. Dalam khutbah ini, kita hanya akan fokus membincangkan indikator
kedua, yakni “Amanah”.
Hadirin Jamaah Jumat Rahimakumullah
Amanah, ditinjau dari aspek yang lebih
sempit, diartikan sebagai memelihara titipan yang akan dikembalikan dalam
bentuknya seperti sediakala. Dalam tinjauan yang diperluas, amanah mempunyai
cakupan yang lebih luas, seperti memelihara amanah orang lain, menjaga
kehormatan orang lain, atau menjaga kehormatan dirinya.
Kemudian dalam konteks bernegara, amanah yang
dibebankan kepada para pemegang amanah (kepala negara atau kepala Daerah) harus
dipikul dengan sebaik-baiknya karena memiliki dua perspektif pertanggungjawaban
yaitu vertikal (hablumminallah)
dan horizontal(hablumminannas) sekaligus.
Setiap pemimpin, baik di lingkup pemerintahan pusat maupun daerah, dengan demikian
wajib menegakkan amanah jabatannya. Dan contoh teladan yang patut menjadi
ukuran umat Islam dalam memilih pemimpin adalah mengacu pada kepribadian dan
teladan yang melekat pada diri Rasulullah r. Sebab Rasulullah r lah
satu-satunya teladan sempurna bagi umat Islam, sebagaimana firman Allah I dalam
surah al-Ahzab ayat 21:
ôs)©9 tb%x. öNä3s9 Îû ÉAqßu «!$# îouqóé& ×puZ|¡ym `yJÏj9 tb%x. (#qã_öt ©!$# tPöquø9$#ur tÅzFy$# tx.sur ©!$# #ZÏVx. ÇËÊÈ
“Sesungguhnya telah ada pada
(diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat serta dia banyak menyebut
Allah”.
Hadirin Jamaah Jumat Rahimakumullah
Rasulullah pantaslah menjadi sosok panutan
bagi para pemimpin dan calon pemimpin karena sifatnya yang amanah tersebut.
Meskipun susah untuk mengikuti jejak keteladanan Nabi r secara komprehensif,
paling tidak kita bisa mendekati apa yang pernah Nabi Muhammad saw lakukan
dalam menegakkan amanah sebagai pemimpin agama dan pemimpin negara ketika itu.
Terkait kewajiban memilih pemimpin yang
amanah, Allah I berfirman dalam Qu’an Surat an-Nisaa, ayat 58:
* ¨bÎ) ©!$# öNä.ããBù't br& (#rxsè? ÏM»uZ»tBF{$# #n<Î) $ygÎ=÷dr& #sÎ)ur OçFôJs3ym tû÷üt/ Ĩ$¨Z9$# br& (#qßJä3øtrB ÉAôyèø9$$Î/ 4 ¨bÎ) ©!$# $KÏèÏR /ä3ÝàÏèt ÿ¾ÏmÎ/ 3 ¨bÎ) ©!$# tb%x. $JèÏÿx #ZÅÁt/ ÇÎÑÈ
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu
menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya dan (menyuruh kamu) apabila
menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”.
Ayat tersebut di atas dengan jelas menegaskan
pentingnya memilih pemimpin yang amanat. Dan salah satu wujud dari pemimpin
amanat adalah ketika menetapkan hukum di antara manusia, dia harus mampu
bersikap adil dan tidak diskriminatif.
Kemudian, seorang pemimpin yang amanah, juga
harus terbebas dari perilaku korupsi; sekecil apapun bentuknya. Baik dalam hal
materi maupun kewenanangan. Terkait ini, Rasulullah saw bersabda yang artinya:
"Barang siapa yang kami
angkat menjadi karyawan untuk mengerjakan sesuatu dan kami beri upah yang
semestinya, maka sesuatu yang diambilnya sesudah itu (selain upah) namanya
korupsi." (HR Abu Dawud).
Dengan demikian, amanah menjalankan tugas dan
fungsi jabatannya, yang dalam standar paling dekat haruslah adil dalam
penegakan hukum dan tidak korupsi di tengah-tengah masa jabatannya. Prasarat
itulah yang menjadi ukuran dasar bagi seorang pemimpin yang digariskan Islam.
Hadirin Jamaah Jumat Rahimakumullah
Dari dalil- dalil tersebut, nampak jelas
bahwa kriteria amanah merupakan satu hal yang mutlak dimiliki oleh seorang
calon pemimpin, sehingga mampu diandalkan dalam membawa perubahan yang baik
bagi kehidupan masyarakat.
Selanjutnya, apa saja yang perlu kita
persiapkan sejak awal untuk mengenal, mempersiapkan, dan memilih pemimpin yang sesuai
dengan keteladanan Rasul? Rasulullah saw setidaknya telah memberikan contoh
terbaik, termasuk kriteria bagi seorang pemimpin yang amanah tersebut, antara
lain:
Pertama, ia tidak terlalu berambisi merengkuh jabatan itu, apalagi
sampai menghalalkan segala cara. Dalam sebuah Hadis sahih dari Abu Musa
al-Asy'ari, Rasulullah r bersabda:
''Demi Allah, aku tidak akan
menyerahkan suatu jabatan kepada orang yang memintanya atau berambisi
mendapatkannya.'' (HR Muslim).
Memberikan amanah (hak pilih) kepada yang
meminta saja tidak boleh, apalagi ketika seseorang sampai menghalalkan segala
cara untuk memperoleh suatu jabatan. Bisa dipastikan, sosok pemimpin seperti
ini akan sulit berlaku amanah. Alih-alih diharapkan berkorban untuk
kesejahteraan rakyat, ia justru akan sibuk mengembalikan modal yang pernah
dikeluarkannya, memperkaya diri, dan mencari prestise lewat jabatan yang diemban.
Kriteria Kedua yang diajarkan Rasulullah r dalam memotret pemimpin dan
calon pemimpin adalah, ia taat beribadah dan memiliki relasi sosial yang baik.
Ketika Umar bin Khattab r mengangkat Nafi' bin al-Harits sebagai gubernur
Makkah, Nafi' memilih Ibnu Abza untuk mengepalai masyarakat yang tinggal di
daerah lembah dekat Makkah, padahal semua tahu Ibnu Abza hanyalah bekas budak
di komunitas tersebut.
Saat Umar bin Khattab t mengonfirmasi hal
itu, Nafi' menjawab, ''Ia memang bekas budak, tetapi ia hafal Al-Quran, paham
masalah faraidl(waris), dan sering
memutuskan persoalan masyarakat dengan adil.'' (HR Ahmad). Maka, Umar pun
memuji pilihan Nafi' karena melihat kapabilitas dan tingkat akseptabilitas Ibnu
Abza.
Ketiga, ia adalah pribadi yang sederhana dalam kesehariannya. Sebab,
hanya pejabat dengan gaya hidup yang sederhanalah yang bisa imun (tahan) dari
godaan kemewahan dunia. Sebaliknya, gaya hidup mewah sangat potensial
menjerumuskan seorang pejabat untuk melakukan korupsi walaupun telah dimanjakan
dengan gaji yang lebih dari cukup. Padahal, Rasulullah r telah menegaskan bahwa
pejabat yang curang dan korup tidak akan pernah mencium wangi surga.
Hadirin Jamaah Jumat Rahimakumullah
Dari tiga kriteria dasar tersebut di atas,
setidaknya telah memberi gambaran bagaimana sosok pemimpin dan calon pemimpin
yang sebenarnya perlu diberikan amanah kepadanya. Sayangnya, keteladanan
pemimpin seperti itu di negeri ini seolah sulit dicari. Memang, sulit bukan
berarti tidak ada sama sekali. Oleh karena itulah, rakyat yang cerdas akan
mencarinya sampai ketemu.
Meski indikasi keteladanan pemimpin di negeri
ini berada pada puncak kepurbaan yang langka, jangalah membuat kita berputus
asa untuk mencarinya. Sekali lagi, seseorang dapat dikatakan pemimpin panutan
yang layak diteladani apabila melakukan kebajikan yang patut diteladani karena
dirinya memantulkan laku baik dan benar. Baik untuk diri sendiri dan
kelompoknya, baik bagi seluruh rakyat dan warga yang ia pimpin, juga benar
dalam menjaga dan menjalankan amanah yang rakyat titipkan kepadanya.
Kita patut prihatin, kebanyakan dari pemimpin
yang ada sekarang terlalu mementingkan pribadi dan golongannya. Kerapkali
kebijakan yang dibuat sangat dipaksakan demi kepentingannya sendiri, sementara
kepentingan rakyat atau masyarakat diabaikan. Meski sering dinasehati melalui
pendekatan pribadi maupun pendekatan sosial seperti demonstrasi, tetap saja tak
bergeming. Asal tujuannya tercapai itu sudah lebih dari cukup bagi Sang
Pemimpin ini. Orang-orang inilah yang sering disebut pemimpin tidak amanah.
Pemimpin seperti ini tidak mengerti artinya memimpin.
Pemimpin yang beriman dan paham akan arti
sebuah kepemimpinan yang amanah, akan sangat ketakutan untuk tidak bertindak
amanah pada setiap kebijakan yang ia kerjakan. Dan bagi manusia beriman,
kepemimpinan merupakan amanah dari Allah I. Apapun bentuk yang ia pimpin.
Apakah itu rumah tangga, pemerintahan, BUMN atau BUMD, perusahaan swasta atau
memimpin dalam komunitas kecil sekalipun, amanah haruslah menjadi dasar dalam
menjalankan roda kepemimpinan.
Pemimpin yang amanah, setidaknya akan selalu
meresapi apa yang menjadi pesan Allah I, sebagaimana di firmankan dalam al-Qur’an
surat Al-Hasyr,18.
$pkr'¯»t úïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qà)®?$# ©!$# öÝàZtFø9ur Ó§øÿtR $¨B ôMtB£s% 7tóÏ9 ( (#qà)¨?$#ur ©!$# 4 ¨bÎ) ©!$# 7Î7yz $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ÇÊÑÈ
“Hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Sebagai umat muslim, kita juga harus mau
belajar pada masa lalu, kreatif dengan masa yang sekarang ada, guna mendapatkan
hari esok yang lebih baik. Memang, kita juga menyadari bahwa menunaikan amanah
bukanlah pekerjaan ringan. Bahkan langit, bumi dan gunung pun tidak mampu
mengembannya. Manusia diberi beban amanah karena ia memiliki kemampuan berbeda
dengan benda-benda padat. Manusia memiliki hati dan akal pikiran, keimanan,
perasaan kasih sayang, empati kepada sesama yang mendukungnya menunaikan
amanah.
Karena amanah menentukan nasib sebuah bangsa
dan daerah. Jika setiap orang, baik mereka yang memimpin dan kita yang memilih
pemimpin bisa menjalankan tugas masing-masing dengan penuh amanah dan tanggung
jawab, maka selamatlah bangsa kita. Sebaliknya jika diselewengkan maka
hancurlah sebuah bangsa dan daerah itu. Sehingga Rasulullah r mengingatkan dalam
sebuah sabdanya, "Bila amanah disia-siakan, maka tunggulah kehancurannya”.
Dikatakan, bagaimana bentuk penyia-nyiaannya?. Beliau bersabda, "Bila persoalan diserahkan kepada orang yang tidak berkompeten,
maka tunggulah kehancurannya".(Bukhari dan Muslim).
Semoga kita sentiasa bisa mempersiapkan diri
dalam segala hal guna menyongsong kehidupan masa depan yang lebih baik, di
dunia dan akhirat. Amin.