TELADANI
KELUARGA NABIYULLOH IBROHIM AS
OLEH:
DRS. H. IMAM GOZALI,M.Pd.I
Kepala seseksi Bimas Islam Kantor Kementerian Agama Kabupaten Brebes
KHUTBAH IDUL ADHA 1435 H
/ 2014 M
DISAMAPAIKAN DI MASJID AGUNG KOTA BREBES HARI AHAD 05-10-2014
الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله
أكبر الله أكبر الله أكبر
اَلْحَمْدُ
لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ
وَنَتُوْبُ اِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ
اَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ
لَهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ
وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ
عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ
الدِّيْنِ. )اَمَّا بَعْدُ( فَيَاعِبَادَ اللهِ
اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْعظِيْمِ اعوذبالله من الشيطان الرجيم بسم الله الرحمن
الرحيم: يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ
تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
الله اكبر الله اكبر الله اكبر ولله الحمد
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah.
Kembali kita
panjatkan puji dan syukur kepada Allah swt yang telah begitu banyak memberikan
kenikmatan kepada kita sehingga kita tidak mampu menghitungnya, karena itu
keharusan kita adalah memanfaatkan segala kenikmatan dari Allah swt untuk
mengabdi kepada-Nya sebagai manifestasi dari rasa syukur itu, salah satunya
adalah ibadah berkorban pada hari raya Idul Adha dan hari tasyrik. Allah swt
berfirman:
إِنَّا
أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ
وَانْحَرْ
Sesungguhnya Kami
telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah salat karena
Tuhanmu dan berkorbanlah (QS Al Kautsar [108]:1-2).
Shalawat dan salam kita sampaikan kepada Nabi
besar kita Muhammad saw, kepada keluarga, sahabat-sahabat dan para penerus
risalahnya yang terus berjuang untuk tegaknya nilai-nilai Islam di muka bumi
ini hingga hari kiamat nanti.
الله اكبر الله اكبر الله اكبر ولله الحمد
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah.
Dalam kesempatan
yang mulia ini marilah kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Alloh swt agar
kita termasuk golongan hamba Alloh yang selamat di dunia dan di akhirat.
Takbir,
tahlil dan tahmid kembali menggema di seluruh muka bumi ini sekaligus menyertai
saudara-saudara kita yang datang menunaikan panggilan agung ke tanah suci guna
menunaikan ibadah haji, rukun Islam yang kelima. Bersamaan dengan ibadah mereka
di sana, di sini kitapun melaksanakan ibadah yang terkait dengan
ibadah mereka, di sini kita melaksanakan ibadah yang terkait dengan ibadah haji
yaitu puasa hari Arafah, pemotongan hewan qurban setelah shalat idul Adha ini
dan menggemakan takbir, tahlil dan tahmid selama hari tasyrik. Apa yang
dilakukan itu maksudnya sama yaitu mendekatkan diri kepada Allah swt.
الله اكبر الله اكبر الله اكبر ولله الحمد
Kaum Muslimin Rahimakumullah.
Salah satu yang amat kita butuhkan dalam hidup ini adalah mendapatkan
figur-figur teladan yang bisa memberi warna positif dslam kehidupan kita
meskipun di saat sekarang ini sungguh sangat sulit menemukan fisur ideal ibarat
mencari jarum yang hilang dalam tumpukan jerami. Karena itu, Allah swt
memilihkan Nabi Ibrahim as dan keluarganya sebagai figur teladan sepanjang
masa, bahkan tidak hanya kita yang harus meneladaninya, tapi Nabi Muhammad saw
juga harus meneladaninya, Allah swt berfirman:
قَدْ
كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ
Sesungguhnya telah
ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama
dengan dia (QS Al Mumtahanah [60]:4).
Satu dari sekian
banyak keteladanan dari Nabi Ibrahim as dan keluarganya adalah memiliki dan
menunjukkan ketahanan keluarga yang luar biasa. Yang dimaksud dengan ketahanan
keluarga adalah keluarga bisa berjalan dengan baik dan keberadaannya dibuktikan
dengan manfaat yang bisa dirasakan oleh banyak orang.
Oleh karena itu,
terwujudnya ketahanan keluarga menjadi sesuatu yang amat penting agar
perjalanan keluarga bisa berlangsung sebagaimana yang diharapkan, baik harapan
orang yang berusaha membangun kehidupan keluarga, keluarga besarnya maupun
masyarakat sekitarnya. Dalam kaitan ini, paling tidak ada lima aspek ketahanan
keluarga yang harus dimiliki oleh setiap keluarga.Pertama, memiliki
kemandirian nilai. Keluarga muslim berarti memiliki nilai-nilai Islam yang
menjadi landasan berkeluarga dan arah kehidupannya. Suatu keluarga disebut
memiliki ketahanan yang kuat manakala berpegang teguh kepada nilai-nilai Islam
dalam menjalani kehidupan meskipun berhadapan dengan kendala yang berat dan
lingkungan yang tidak Islami. Memiliki kemandirian nilai tidak hanya dia
melaksanakan ajaran Islam, tapi berusaha meluruskan yang tidak Islami. Bagi
Nabi Ibrahim as siapapun harus diluruskan, termasuk orang tuanya sendiri yang
keliru sebagamana firman Allah swt:
وَ إِذْ قالَ إِبْراهِيمُ
لِأَبِيهِ آزَرَ أَ تَتَّخِذُ أَصْناماً آلِهَةً إِنِّي أَراكَ وَ قَوْمَكَ فِي
ضَلالٍ مُبِينٍ
Dan (ingatlah) di
waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya, Aazar, "Pantaskah kamu
menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu
dan kaummu dalam kesesatan yang nyata. (QS An'am [6]:74).
Dalam kehidupan
sekarang yang pengaruh era globalisasi sedemikian besar, memiliki kemandirian
nilai menjadi perkara yang amat penting, karena sesama anggota keluarga memang
tidak bisa saling mengawasi setiap saat, bahkan tingkat kesibukan yang tinggi
membuat anggota keluarga sulit berkomunikasi meskipun alat-alat komunikasi
sudah semakin canggih.
الله اكبر الله اكبر الله اكبر ولله الحمد
Jamaah Sekalian Yang
Dimuliakan Allah swt.
Kedua yang harus dimiliki
keluarga agar memiliki ketahanan yang baik adalah kemandirian ekonomi. Setiap
manusia membutuhkan makan, minum, berpakaian, bertempat tinggal, berkendaraan
dan sebagainya hingga pengembangan diri. Untuk memenuhi semua itu, dibutuhkan
pendanaan dalam jumlah yang cukup yang didapatkan dengan cara yang halal.
Karena itu, setiap keluarga, khususnya bapak atau suami harus mampu
mengembangkan keluarganya untuk memiliki kemandirian dibidang ekonomi. Dalam
ibadah haji, selain ada tawaf yang melambangkan kedekatan kepada Allah swt, ada
lagi yang namanya sai yang secara harfiyah berarti usaha, yakni usaha untuk
memenuhi segala yang diubutuhkan dan harus dicapai. Siti hajar berusaha mencari
apa yang bisa dikonsumsi dengan berjalan dan berlari dari bukti Shafa ke Marwa.
Karenanya berusaha secara halal sangat mulia dan mengemis sangat hina, apalagi
mencuri dan korupsi, Rasulullah saw bersabda:
لَأَنْ يَحْمِلَ الرَّجُلُ
حَبْلاً فَيَحْتَطِبَ بِهِ, ثُمَّ يَجِيءَ فَيَضَعَهُ فِى السُّوْقِ, فَيَبِيْعَهُ
ثُمَّ يَسْتَغْنِىَ بِهِ, فَيُنْفِقُهُ عَلَى نَفْسِهِ خَيْرٌلَهُ مِنْ اَنْ
يَسْأَلَ النَّاسَ, اَعْطَوْهُ اَوْمَنَعُوْهُ.
Seseorang yang membawa tambang lalu pergi mencari dan mengumpulkan
kayu bakar lantas dibawanya ke pasar untuk dijual dan uangnya digunakan untuk
mencukupi kebutuhan dan nafkah dirinya, maka itu lebih baik dari seseorang yang
meminta-minta kepada orang-orang yang terkadang diberi dan kadang ditolak (HR.
Bukhari dan Muslim).
الله اكبر الله اكبر الله اكبر ولله الحمد
Jamaah Sekalian Yang
Dimuliakan Allah swt.
Faktor Ketiga, yang harus dimiliki agar keluarga memiliki
ketahanan adalah Memperlakukan keluarga dengan
baik , sebagaimana Rasulullah saw bersabda:
خَيْرُكُمْ
خَيْرُكُمْ ِلأَ هْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ ِلأَهْلِى
Sebaik-baik kamu
adalah yang yang paling baik kepada keluarganya dan aku adalah orang yang
paling baik terhadap keluargaku (HR. Ibnu Asakir).
Dalam kaitan dengan keluarga Nabi Ibrahim as, salah satu yang amat penting
untuk kita ambil sebagai pelajaran adalah terbangunnya suasana yang dialogis
sehingga meskipun Nabi Ibrahim as sudah meyakini adanya perintah menyembelih
anaknya Ismail dan ini tinggal melaksanakan, tapi ternyata Nabi Ibrahim
berdialog dengan Ismail, bahkan meminta pendapat. Sementara Ismail
dengan akhlaknya yang mulia mengemukakan pendapat yang mengagumkan sebagaimana
diceritakan di dalam Al Qur’an:
فَلَمَّا
بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي
أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ
سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
Maka tatkala anak
itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata:
"Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu.
Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku,
kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku
termasuk orang-orang yang sabar".( QSAsh Shaffat [37]:100-102)
الله اكبر الله اكبر الله اكبر ولله الحمد
Jamaah Shalat Id
Yang Dirahmati Allah swt.
Faktor Keempat yang
harus dimiliki agar keluarga memiliki ketahanan adalah keuletan dan ketangguhan
dalam memainkan peran sosial. Keshalehan seorang muslim tidak hanya bersifat
pribadi dalam arti ia menjadi baik hanya untuk kepentingan diri dan
keluarganya, tapi keshalehannya juga harus ditunjukkan dalam bentuk keshalehan
sosial. Hal ini karena di dalam Islam ada dua hubungan yang harus dijalin,
yakni hubungan vertikal kepada Allah swt yang biasa disebut dengan hablum
minallah dan hubungan horizontal kepada sesama manusia dan sekitarnya
yang disebut dengan hablum minannas.
Kehidupan
masyarakat kita, baik dalam skala kecil maupun besar menghadapi begitu banyak persoalan
yang menuntut pemecahan dan jalan keluar. Karena itu, keluarga seharusnya bisa
memainkan peran sosial di masyarakat sehingga keberadaannya bisa dirasakan
manfaatnya oleh masyarakat banyak dan ini akan membuatnya menjadi keluarga
terbaik, Rasulullah saw bersabda:
خَيْرُالنَّاسِ أَنْفَعُهُمْ
لِلنَّاسِ
Sebaik-baik orang
adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain (HR. Qudha’i dari
Jabir ra).
Karena itu,
keberadaan kita seharusnya bukan hanya bisa menyumbang persoalan, tapi seharusnya
menjadi bagian dari solusi atau jalan keluar dari berbagai persoalan hidup,
sehingga harus kita lakukan apa yang disukai Allah swt, lebih
rinci, Rasulullah saw bersabda:
أَحَبُّ
اْلأَعْمَالِ اِلَى اللهِ تَعَالَى: سُرُوْرٌ تُدْخِلُهُ عَلَى مُسْلِمٍ أَوْ
تَكْشِفُ عَنْ كُرْبَةٍ أَوْ تَقْضِى عَنْهُ دَيْنًا أَوْ تَطْرُدُ عَنْهُ جُوْعًا
Amal yang paling
dicintai Allah Ta’ala adalah: rasa gembira yang engkau resapkan ke dalam hati
muslim atau memecahkan suatu masalah darinya atau membayarkan utangnya atau
mengusir rasa laparnya (HR. Ibnu Abi Dunya dan Thabrani).
Dengan peran sosial
yang besar itulah, maka kita akan mencari bahan pembicaraan yang baik setelah
wafat, karena itu, Nabi Ibrahim as berharap demikian, beliau memang berdoa:
رَبِّ
هَبْ لى حُكْماً وَأَلْحِقْنى بِالصَّالِحينَ. وَاجْعَلْ لى لِسانَ
صِدْقٍ فى الآخِرينَ. وَاجْعَلْنى مِنْ
وَرَثَةِ جَنَّةِ النَّعيمِ. وَاغْفِرْ لأَبى
إِنَّهُ كانَ مِنَ الضَّالّينَ * وَلا تُخْزِنى يَومَ يُبْعَثُونَ
Ya Tuhanku,
berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang
yang saleh, dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang
datang) kemudian, dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang memusakai surga
yang penuh kenikmatan (QS. Asy-Syu’ara’ [26]: 83–85)
Yang terakhir atau
yang kelima diantara faktor ketahanan keluarga adalah
mampu menyelesaikan problema yang dihadapi. Menjalani kehidupan keluarga
seringkali berhadapan dengan berbagai problema, jangankan kehidupan keluarga,
kehidupan pribadi saja tidak pernah sepi dari persoalan. Kadangkala satu
persoalan belum bisa dipecahkan namun sudah muncul lagi persoalan berikut yang
bisa jadi lebih berat. Dalam situasi menghadapi problema hidup, sangat penting
bagi insan keluarga untuk terus mengokohkan ketaqwaan kepada Allah swt sebab
dalam kamus kehidupan orang bertaqwa tidak ada istilah jalan buntu dalam arti
persoalan tidak bisa dipecahkan, Allah swt berfirman:
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ
لَهُ مَخْرَجًا. وَيَرْزُقْهُ مِنْ
حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ
Barangsiapa bertakwa
kepada Allah niscaya dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya
rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya (QS At Thalaq [65]:2-3).
Kehidupan masyarakat
kita sekarang dengan tantangan yang sedemikian berat menuntut kehadiran
keluarga yang memiliki ketahanan yang baik sehingga diharapkan akan lahir
masyarakat dengan ketahanan pribadi yang baik karena keluarga adalah unit
terkecil dari masyarakat dan bangsa.
بارك الله لي ولكم في القرءن العظيم
ونفعني واياكم بما فيه من الايات والذكر الحكيم اقول قولى هذا واستغفروه انه هو
الغفور الرحيم
الله اكبر الله اكبر الله اكبر
الله اكبر الله اكبر الله اكبر الله اكبر(x7)
الله اكبركبيرا والحمد لله
كثيرا وسبحان الله بكرة واصيلا لا اله الا الله والله اكبر الله اكبر ولله الحمد
الحمد لله الذى جعل الاعياد
بالافرح والسرور. اشهد ان لااله الاالله وحد ه لاشريك له واشهد ان محمدا عبده
ورسوله اللهم صل وسلم على سيدنا محمد وعلى اله واصحابه ومن تبعه الى يوم الد ين
وسلم تسليما كثيرا (اما بعد)ايها الحاضرون التقوا
الله
واعلموا ان يومكم هذا يوم عظيم فيباهىالله
لكم ملائكته وانتم مكبرون فيه اظها را اشعائره في كل مكان ظاهر. فقال الله تعالى
ولم يزل قائلا عظيم. ان الله وملائكته يصلون على النبى ياايها الذين امنوا صلوا
عليه وسلموا تسليما اللهم صل وسلم على سيدنا محمد
وعلى اله واصحابه والتبعين معهم برحمتك ياارحم الراحمين.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ
وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ
مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ.
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا
دِيْنَناَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَ الَّتِى
فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِى فِيْهَا مَعَادُنَا
وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِى كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ
رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شرٍّ
اَللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ
خَشْيَتِكَ مَاتَحُوْلُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعْصِيَتِكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا
تُبَلِّغُنَابِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَاتُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا
مَصَائِبَ الدُّنْيَا. اَللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا
وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْهُ
ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ عَاداَنَا وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِى دِيْنِنَاوَلاَ
تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ
عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا
اَللَّهُمَّ
اجْعَلْهُمْ حَجًّا مَبْرُوْرًا وَسَعْيًا مَّشْكُوْرًا وَذَنْبًا
مَغْفُوْرًا وَتِجَارَةً لَنْ تَبُوْرًا
رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الأَخِرَةِ
حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ والحمد
لله رب العالمين