Khutbah Idul Fitri 1437 H
Pesan dan Kesan Ramadhan
Pesan dan Kesan Ramadhan
Oleh: Drs. H. Imam Ghozali, M.Pd.I
KHUTBAH PERTAMA
اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (3×)
اللهُ اَكبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ كُلَّمَا هَلَّ هِلاَلٌ وَاَبْدَ رَ اللهُ
اَكْبَرْ كُلَّماَ صَامَ صَائِمٌ وَاَفْطَرْ اللهُ اَكْبَرْكُلَّماَ تَرَاكَمَ
سَحَابٌ وَاَمْطَرْ وَكُلَّماَ نَبَتَ نَبَاتٌ وَاَزْهَرْوَكُلَّمَا اَطْعَمَ
قَانِعُ اْلمُعْتَرْ. اللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ لاَ اِلَهَ
اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَ للهِ اْلحَمْدُ. اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى جَعَلَ
لِلْمُسْلِمِيْنَ عِيْدَ اْلفِطْرِ بَعْدَ صِياَمِ رَمَضَانَ وَعْيدَ اْلاَضْحَى
بَعْدَ يَوْمِ عَرَفَةَ. اللهُ اَكْبَرْ (3×) اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ
اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ لَهُ اْلمَلِكُ اْلعَظِيْمُ اْلاَكْبَرْ
وَاَشْهَدٌ اَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الشَّافِعُ فِى
اْلمَحْشَرْ نَبِيَّ قَدْ غَفَرَ اللهُ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا
تَأَخَّرَ. اللهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ
وَاَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ اَذْهَبَ عَنْهُمُ الرِّجْسَ وَطَهَّرْ. اللهُ اَكْبَرْ.
اَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَاللهِ اِتَّقُوااللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ
تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
JAMA`AH IDUL FITHRI
YANG BERBAHAGIA
Sebagai bentuk ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas kemenangan besar yang kita peroleh setelah menjalankan ibadah puasa Ramadhan selama satu bulan penuh.Sejak
tadi malam telah berkumandang alunan suara takbir, tasbih, tahmid dan tahlil Sebagaimana firman Allah SWT:
وَلِتُكْمِلُوااْلعِدَّةَ
وَلِتُكَبِّرُاللهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ ولَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
“Dan
hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah
ata petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.”
Rasulullah
SAW bersabda:
زَيِّنُوْا اَعْيَادَكُمْ بِالتَّكْبِيْر
“Hiasilah hari
rayamu dengan takbir.”
Takbir
kita tanamkan ke dalam lubuk hati sebagai pengakuan atas kebesaran dan
keagungan Allah SWT sedangkan selain Allah semuanya kecil semata. Kalimat
tasbih dan tahmid, kita tujukan untuk mensucikan Tuhan dan segenap yang
berhubungan dengan-Nya.
Tidak lupa puji syukur juga kita tujukan untuk Rahman dan
Rahim-Nya yang tidak pernah pilih kasih kepada seluruh hambanya. Sementara
tahlil kita lantunkan untuk memperkokoh keimanan kita bahwa Dia lah Dzat yang
maha Esa dan maha kuasa. Seluruh alam semesta ini tunduk dan patuh kepada
perintah-Nya.
اللهُ اَكْبَرْ (3×) وَ للهِ اْلحَمْدُ
JAMA`AH IDUL FITHRI
YANG BERBAHAGIA
Setelah satu bulan penuh kita menunaikan
ibadah puasa dan atas karunia-Nya pada hari ini kita dapat berhari raya
bersama, maka sudah sepantasnya pada hari yang bahagia ini kita bergembira,
merayakan sebuah momentum kemenangan dan kebahagiaan berkat limpahan rahmat dan
maghfiroh-Nya sebagaimana yang tersurat dalam sebuah hadis Qudsi:
اِذَا صَامُوْا شَهْرَ رَمَضَانَ
وَخَرَجُوْا اِلىَ عِيْدِكُمْ يَقُوْلُ اللهُ تَعَالىَ: يَا مَلاَئِكَتِى كُلُّ عَامِلٍ يَطْلُبُ
اُجْرَهُ اَنِّى قَدْ غَفَرْتُ لَهُمْ فَيُنَادِى مُنَادٌ: يَا اُمَّةَ مُحَمَّدٍ اِرْجِعُوْااِلَى
مَنَازِلِكُمْ قَدْ بَدَلْتُ سَيِّئَاتِكُمْ حَسَنَاتٍ فَيَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى:
يَا عِبَادِى صُمْتُمْ لِى وَاَفْطَرْتُمْ لِى فَقُوْمُوْا مَغْفُوْرًا لَكُمْ
Artinya: “Apabila mereka berpuasa di
bulan Ramadhan kemudian keluar untuk merayakan hari raya kamu sekalian maka
Allah pun berkata: 'Wahai Malaikatku, setiap orang yang mengerjakan amal
kebajian dan meminta balasannya sesungguhnya Aku telah mengampuni mereka'. Sesorang kemudian berseru:
'Wahai ummat Muhammad, pulanglah ke tempat tinggal kalian. Seluruh keburukan
kalian telah diganti dengan kebaikan'. Kemudian Allah pun berkata: 'Wahai
hambaku, kalian telah berpuasa untukku dan berbuka untukku. Maka bangunlah
sebagai orang yang telah mendapatkan ampunan.”
اللهُ اَكْبَرْ
(3×) وَ للهِ اْلحَمْدُ
JAMA`AH IDUL FITHRI
YANG BERBAHAGIA
Seiring
dengan berlalunya Bulan suci Ramadhan. Banyak pelajaran hukum dan hikmah,
faidah dan fadhilah yang dapat kita petik untuk menjadi bekal dalam mengarungi
kehidupan yang akan datang. Jika bisa diibaratkan, Ramadhan adalah sebuah
madrasah. Sebab 12 jam x 30 hari mulai terbitnya fajar hingga terbenamnya
matahari, semula sesuatu yang halal menjadi haram. Makan dan minum yang semula
halal bagi manusia di sepanjang hari, maka di bulan Ramadhan menjadi
haram.
Tapi
setelah semua cobaan yg kita lewati pernahka kita memperhatikan aspek social
Ramadhan, semua orang pernah merasa kenyang tapi tidak semuanya pernah
merasakan lapar.
Lihatlah
diri kita, bukankah seringkali kita merasa paling besar, gumedhe, jumawa
seolah-olah semua manusia kecil dan harus takluk dihadapan kita. Kita berlagak
seolah kita adalah Tuhan yang kuasa atas segala keadaan. Tidakkah kita sadar,
bahwa kita sesungguhnya tidak lain adalah makhluk yang sangat lemah, maka
kepada siapa lagi kita berharap selain kepada Allah swt yang telah menciptakan
kita dan dengan kasih saying Allahlah kita diberi kesempatan menikmati hidup di
dunia milik Allah ini.
Maka apa
sesungguhnya yang menahan kaki kita tidak mau melangkah ke masjid ?
Apakah
yang menahan kepala kita sehingga tidak mau menunduk ke tanah bersujud di
hadapan Allah ?
Apakah
yang menahan lidah kita sehingga kaku dan kelu mengucapkan dzikir dan takbir ??
Apakah
yang menahan hati kita sehingga sulit merindukan Allah ?
Apakah
yang menahan pikirankita sehingga tidak mendambakan surga ?
Apakah
yang mendorong jiwa kita sehingga cenderung ke neraka ?
Apakah
yang menahan diri kita sehingga mengabaikan hak-hak Allah dan cenderung
memperturutkan hawa nafsu padahal hawa nafsu itu mendorong kepada kejelekan
Apakah
kesombongan kita sudah demikian memuncak, sehingga sedemikan lantang kita
durhaka kepada Allah. Na’udzu billah min dzalik…
MA’SYIRAL MUSLIMIN RAHIMAKUMULLAH…
Berbahagialah
kita karena hingga saat ini kita dimudahkan oleh Allah untuk bersujud, rukuk,
dihadapan Allah. Janganlah karena perilaku kita yang menetang Allah menjadikan
Allah semakin murka kepada kita. Janganlah karena kesombongan dan kebodohan
kita menjadi sebab terhalangnya kita dari jalan surga dan menghalangi kita
mendekati Allah swt. Maka bersyukur kepada Allah atas segala karunia ini.
Karunia iman dan islam. Apalah artinya kesenangan sesaat di dunia tapi membawa
penyesalan berkepanjangan di akherat kelak.
Apakah
selepas ramadhan semakin dekat dengan Islam ataukah justru semakin jauh ??
hanya diri kita sendiri yang nanti akan membuktikan.
Oleh
karena itu, ada tiga pesan dan kesan Ramadhan yang sudah semestinya kita pegang
teguh bersama susudah Ramadhan yang mulia ini.
1. Pesan pertama Ramadhan adalah Pesan
moral atau Tahdzibun Nafsi
Artinya,
kita harus selalu mawas diri pada musuh terbesar umat manusia, yakni hawa nafsu
sebagai musuh yang tidak pernah berdamai. Rasulullah SAW bersabda: Jihad yang
paling besar adalah jihad melawan diri sendiri. Di dalam kitab Madzahib fît
Tarbiyah diterangkan bahwa di dalam diri setiap manusia terdapat nafsu/naluri
sejak ia dilahirkan. Yakni naluri marah, naluri pengetahuan dan naluri syahwat.
Dari ketiga naluri ini, yang paling sulit untuk dikendalikan dan dibersihkan
adsalah naluri Syahwat.
Hujjatul Islam, Abû Hâmid al-Ghazâlî berkata: bahwa pada diri manusia terdapat empat sifat, tiga sifat berpotensi untuk mencelakakan manusia, satu sifat berpotensi mengantarkan manusia menuju pintu kebahagiaan. Pertama, sifat kebinatangan (بَهِيْمَةْ); tanda-tandanya menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan tanpa rasa malu. Kedua, sifat buas (سَبُعِيَّةْ) ; tanda-tandanya banyaknya kezhaliman dan sedikit keadilan. Yang kuat selalu menang sedangkan yang lemah selalu kalah meskipun benar. ketiga sifat syaithaniyah; tanda-tandanya mempertahankan hawa nafsu yang menjatuhkan martabat manusia.
Jika ketiga tiga sifat ini lebih dominan
atau lebih mewarnai sebuah masyarakat atau bangsa niscaya akan terjadi sebuah
perubahan tatanan social (keadaan masyarakat) yang sangat mengkhawatirkan.
Dimana keadilan akan tergusur oleh kezhaliman, hukum bisa dibeli dengan rupiah,
undang-undang bisa dipesan dengan Dollar, sulit membedakan mana yang hibah mana
yang suap, penguasa lupa akan tanggungjawabnya, rakyat tidak sadar akan
kewajibannya, seluruh tempat akan dipenuhi oleh keburukan dan kebaikan menjadi
sesuatu yang terasing, ketaatan akhirnya dikalahkan oleh kemaksiatan dan
seterusnya dan seterusnya.
Sedangkan satu-satunya sifat yang
membahagiakan adalah sifat rububiyah (رُبُوْبِيَّةْ); ditandai dengan keimanan, ketakwaan dan
kesabaran yang telah kita bina bersama-sama sepanjang bulan Ramadhan. Orang
yang dapat mengoptimalkan dengan baik sifat rububiyah di dalam jiwanya niscaya
jalan hidupnya disinari oleh cahaya Al-Qur'an, prilakunya dihiasi budi pekerti
yang luhur (akhlaqul karimah). Selanjutnya, ia akan menjadi insan muttaqin,
insan pasca Ramadhan, yang menjadi harapan setiap orang. Insan yang dalam hari
raya ini menampakkan tiga hal sebagai pakaiannya: menahan diri dari hawa nafsu,
memberi ma`af dan berbuat baik pada sesama manusia sebagaimana firman Allah:
وَاْلكَاظِمِيْنَ اْلغَيْظَ وَاْلعَافِيْنَ
عَنِ النَّاسِ وَاللهُ يُحِبُّ اْلمُحْسِنِيْنَ
"…dan orang-orang yang menahan
amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang
berbuat kebajikan." (QS Ali Imran: 134)
JAMA`AH IDUL FITHRI
YANG BERBAHAGIA
2. Pesan kedua adalah pesan social
Pesan sosial Ramadhan ini terlukiskan
dengan indah. Indah disini justru terlihat pada detik-detik akhir Ramadhan dan
gerbang menuju bulan Syawwal. Dimana, ketika umat muslim mengeluarkan zakat
fithrah kepada Ashnafuts Tsamaniyah (delapan kategori kelompok masyarakat yang
berhak menerima zakat), terutama kaum fakir miskin tampak bagaimana tali
silaturrahmi serta semangat untuk berbagi demikian nyata terjadi. Kebuntuan dan
kesenjangan komunikasi dan tali kasih sayang yang sebelumnya sempat terlupakan
tiba-tiba saja hadir, baik di hati maupun dalam tindakan. Semangat zakat fitrah
ini melahirkan kesadaran untuk tolong menolong (ta`awun) antara orang-orang
kaya dan orang-orang miskin, antara orang-orang yang hidupnya berkecukupan dan
orang-orang yang hidup kesehariannya serba kekurangan, sejalan hatinya
sebab كُلُّكُمْ عِيَالُ اللهِ , kalian semua adalah ummat
Allah.
Dalam
kesempatan ini orang yang menerima zakat akan merasa terbantu beban hidupnya
sedangkan yang memberi zakat mendapatkan jaminan dari Allah SWT; sebagaimana
yang terkandung dalam hadis Qurthubi:
اِنّىِ رَأَيْتُ اْلبَارِحَةَ عَجَاً رَأَيْتُ مِنْ
اُمَّتِى يَتَّقِى وَهَجَ النَّارَ وَشِرَرَهَا بِيَدِهِ عَنْ وَجْهِهِ فَجَائَتْ
صَدَقَتُهُ فَصَارَتْ سِتْرًا مِنَ النَّارِ
Artinya: "Aku semalam bermimpi melihat
kejadian yang menakjubkan. Aku melihat sebagian dari ummatku sedang melindungi
wajahnya dari sengatan nyala api neraka. Kemudian datanglah shadaqah-nya
menjadi pelindung dirinya dari api neraka."
JAMA`AH IDUL FITHRI
YANG BERBAHAGIA
3. Pesan
ketiga adalah pesan jihad
Jihad
yang dimaksud di sini, bukan jihad dalam pengertiannya yang sempit; yakni
berperang di jalan Allah akan tetapi jihad dalam pengertiannya yang utuh,
yaitu:
بَذْلُ
مَاعِنْدَهُ وَمَا فِى وُسْعِهِ لِنَيْلِ مَا عِنْدَ رَبِّهِ مِنْ جَزِيْلِ
ثَوَابِ وَالنَّجَاةِ مِنْ اَلِيْمِ عِقَابِهِ
"Mengecilkan arti segala sesuatu yang dimilikinya demi mendapatkan keridhaannya, mendapatkan pahala serta keselamatan dari Siksa-Nya."
Pengertian jihad ini lebih komprehensif,
karena yang dituju adalah mengorbankan segala yang kita miliki, baik tenaga,
harta benda, atapun jiwa kita untuk mencapai keridhaan dari Allah; terutama
jihad melawan diri kita sendiri yang disebut sebagai Jihadul Akbar, jihad yang
paling besar. Dengan demikian, jihad akan terus hidup di dalam jiwa ummat Islam
baik dalam kondisi peperangan maupun dalam kondisi damai. Jihad tetap
dijalankan.
Dalam konteks masyarakat Indonesia saat
ini, jihad yang kita butuhkan bukanlah jihad mengangkat senjata. Akan tetapi
jihad mengendalikan diri dan mendorong terciptanya sebuah sistem sosial yang
bermartabat, berkeadilan dan sejahtera serta bersendikan atas nilai-nilai agama
dan ketaatan kepada Allah.
Mengingat adanya aliran Islam yang
mengkampanyekan jihad dengan senjata di negara damai Indonesia ini, maka perlu
untuk ditekankan lebih dalam bahwa jihad seharusnya dilandasi niat yang baik
dan dipimpin oleh kepala pemerintahan, bukan oleh kelompok atau aliran
tertentu. Jangan sampai mengatasnamakan kesucian agama, akan tetapi tidak bisa
memberikan garansi bagi kemaslahatan umat Islam. Islam haruslah didesain dan
bergerak pada kemaslahatan masyarakat demi mencapai keridhaan Allah dan
kemajuan ummat. Pengalaman pahit salah mengartikan jihad menjadikan Islam
dipandang sebagai agama teroris. Padahal Islam sebenarnya adalah rahmat bagi
alam semesta (rahmatan lil alamin), agama yang menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan, keadilan, kedamaian.
Dalam konteks masyarakat Indonesia saat
ini, jihad yang kita butuhkan adalah upaya mendukung terbangunnya sebuah sistem
sosial yang bermartabat, berkeadilan dan sehatera yang bersendikan pada
ketaatan kepada Allah. Jihad untuk mengendalikan hawa nafsu dari seluruh hal
yang dapat merugikan diri kita sendiri, terlebih lagi merugikan orang
lain.
JAMA`AH IDUL FITHRI
YANG BERBAHAGIA
رُوِىَ اَنَّ
بَعْضَ الصَّحَابَةِ قَالُوْا يَا نَبِيَّ اللهِ لَوَدَدْنَا اَنْ نَعْلَمَ اَيَّ
التِّجَارَةِ اَحَبُّ اِلَى اللهِ فَنَتَجَرُّ فِيْهَا فَنُزِلَتْ (يآاَيُّهَا
الَّذِيْنَ آمَنُوْا هَلْ اَدُلُّكُمْ عَلىَ تِجَارَةٍ تُنْجِيْكُمْ مِنْ عَذَابٍ
اَلِيْمٍ. تُؤْمِنُوْنَ بِاللهِ وَرَسُوْلِهِ وَتُجَاهِدُوْنَ فِى سَبِيْلِ اللهِ
بِاَمْوَالِكُمْ وَاَنْفُسِكُمْ ذَالِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ اِنْ كُنْتُمْ
تَعْلَمُوْنَ. يَغْفِرْ لَكُمْ
ذُنُوْبَكُمْ وَيُدْخِلْكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِى مِنْ تَحْتِهَا اْلاَنْهَارُ
وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِى جَنَّاتِ عَدْنٍ ذَلِكَ اْلفَوْزُ اْلعَظِيْمُ)
"Diriwayatkan
bahwa sebagian sahabat mendatangi Rasulullah. Ketika berjumpa, salah seorang
dari mereka berkata: "Wahai Nabi Allah, kami ingin sekali mengetahui
bisnis apa yang paling dicintai oleh Allah agar kami bisa menjadikannya sebagai
bisnis kami". Kemudian diturunkan ayat:
يآاَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا هَلْ
اَدُلُّكُمْ عَلىَ تِجَارَةٍ تُنْجِيْكُمْ مِنْ عَذَابٍ اَلِيْمٍ. تُؤْمِنُوْنَ
بِاللهِ وَرَسُوْلِهِ وَتُجَاهِدُوْنَ فِى سَبِيْلِ اللهِ بِاَمْوَالِكُمْ
وَاَنْفُسِكُمْ ذَالِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ. يَغْفِرْ
لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَيُدْخِلْكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِى مِنْ تَحْتِهَا اْلاَنْهَارُ
وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِى جَنَّاتِ عَدْنٍ ذَلِكَ اْلفَوْزُ اْلعَظِيْمُ
Artinya: "Hai orang-orang yang
beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu
dari azab yang pedih? yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan
berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu,
jika kamu mengetahui. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan
memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dan
(memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam jannah 'Adn. Itulah
keberuntungan yang besar." (QS Ash-Shaff:10-12)
Dalam konteks sosial masyarakat kita saat
ini, dimana masih banyak sektor sosial yang perlu pembenahan lebih lanjut. Maka
makna jihad harus mengacu pada pengentasan masalah-masalah sosial. Oleh sebab
itu, sudah selayaknya pada momentum lebaran saat ini, bukan hanya pakaian yang
baru akan tetapi gagasan-gagasan baru juga harus dikedepankan untuk
mengentaskan masalah-masalah sosial yang selama ini membelenggu kemajuan umat
Islam Indonesia pada khususnya dan bangsa dan negara Indonesia pada umumnya.
اللهُ اَكْبَرْ (3×) وَ للهِ اْلحَمْدُ
JAMA`AH IDUL FITHRI
YANG BERBAHAGIA
Demikianlah tiga pesan yang disampaikan
oleh Ramadhan. Oleh sebab itu, marilah kita bersama-sama memikul tanggung jawab
untuk merealisasikan ketiga pesan ini ke dalam bingkai kehidupan nyata. Marilah
kita bersama-sama mengendalikan hawa nafsu kita sendiri, untuk tidak terpancing
pada hal-hal yang terlarang dan merugikan orang lain; menjalin hubungan
silaturrahim serta kerjasama sesama muslim tanpa membeda-bedakan status sosial,
serta menyandang semangat jihad untuk membangun sebuah sistem sosial yang
bermartabat, berkeadilan dan sejahtera.
اَعُوْذُ بِاللهِ
مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. وَاَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ ربِّهِ ونَهَيَ
النَّفْسَ عَنِ اْلَهوَى فَاِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ اْلمَأْوَى. جَعَلَنَا اللهُ وَاِيَّاكُمْ مِنَ اْلعَائِدِيْنَ
وَاْلفَائِزِيْنَ وَاْلمَقْبُوْلِيْنَ وَاَدْخَلَنَا وَاِيَّاكُمْ فِى زُمْرَةِ
عِبَادِهِ الصَّالِحِيْنَ وَاَقُوْلُ قَوْلِى هَذَا وَاسْتَغْفِرُ لِى وَلَكُمْ
وَلِوَالِدَيَّ وَلِسَائِرِ اْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرْهُ
اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
KHUTBAH KEDUA
اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (4×)
اللهُ اَكْبَرْ كبيرا وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَ
أَصْيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَالللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَللهِ
اْلحَمْدُ. اْلحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ
وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ
وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ لَهُ تَعْظِيْمًا لِشَأْنِهِ وَاَشْهَدُ اَنَّ
سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ
وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثيْرًا. اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ
اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَزَجَرَ.وَاعْلَمُوْا
اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ
ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ
عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا
تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ
وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ
اللهُ اَكْبَرْ
(3×) وَ للهِ اْلحَمْدُ
MA’ASYIRAL MUSLIMIN RAHIMAKUMULLAH
Akhirnya marilah kita berdoa, menundukkan
kepala, memohon kepada Allah Yang Maha Rahman dan Maha Rahim untuk kebaikan kita
dan umat Islam dimana saja berada:
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَحْمَدُكَ
وَنَسْتَعِيْنُكَ وَنَسْتَهْدِيْكَ وَنَعُوْذُ بِكَ وَنَتَوَكَّلُ عَلَيْكَ
وَنُثْنِيْ عَلَيْكَ الْخَيْرَ كُلَّهُ نَشْكُرُكَ وَلاَ نَكْفُرُكَ وَنَخْلَعُ
وَنَتْرُكُ مَنْ يَفْجُرُكَ اللَّهُمَّ إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَلَكَ نُصَلِّيْ
وَنَسْجُدُ وَإِلَيْكَ نَسْعَى وَنَحْفِدُ نَرْجُو رَحْمَتَكَ وَنَخْشَى عَذَابَكَ
إِنَّ عَذَابَكَ الْجِدَّ بِالْكُفَّارِ مُلْحَقٌ.
اَللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ بِالإِسْلاَمِ
وَلَكَ الْحَمْدُ بِالإِيْمِانِ وَلَكَ الْحَمْدُ بِالْقُرْآنِ وَلَكَ الْحَمْدُ
بِشَهْرِ رَمَضَانَ وَلَكَ الْحَمْدُ بِالأَهْلِ وَالْمَالِ وَالْمُعَافَاةِ لَكَ
الْحَمْدُ بِكُلِّ نِعْمَةٍ أَنْعَمْتَ بِهَا عَلَيْنَا.
سُبْحَانَكَ لاَ نُحْصِيْ ثَنَاءً عَلَيْكَ
أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ فَلَكَ الْحَمْدُ حَتَّى تَرْضَى وَلَكَ
الْحَمْدُ إِذَا رَضِيْتَ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ
عَلَى عَبْدِكَ ونَبِيِّكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِجَمِيْعِ
الْمُؤْمِنِيْنَ الَّذِيْنَ شَهِدُوْا لَكَ بِالْوَحْدَانِيَّةِ وَلِنَبِيِّكَ
بِالرِّسَالَةِ وَمَاتُوْا عَلَى ذَلِكَ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُمْ
وَارْحَمْهُمْ وَعَافِهِمْ وَاعْفُ عَنْهُمْ وَأَكْرِمْ نُزُلَهُمْ وَوَسِّعْ
مَدْخَلَهُمْ وَاغْسِلْهُمْ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ وَنَقِّهِمْ مِنَ
الذٌّنُوْبِ وَالْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ
وَجَازِهمْ بِالْحَسَنَاتِ إِحْسَانًا وَبِالسَّيِّئَاتِ عَفْوًا وَغُفْرَانًا.
اَللَّهُمَّ أَعِنَّا عَلَى ذِكْرِكَ
وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ يَا حَيُّ يَا قَيّوْمُ يَا ذَا الْجَلاَلِ
وَالإِكْرَامِ.
اَللَّهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنَا
الْمُسْلِمِيْنَ الْمُجَاهِدِيْنَ فِي سَبِيْلِكَ فِي كُلِّ مَكَانٍ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً
وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ
السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ
الرَّحِيْمُ.
وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا
يَصِفُوْنَ. وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ. وَالْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ
الْعَالَمِيْنَ.