Laman

Jumat, 14 Oktober 2011

MAKALAH INI DI SUSUN

UNTUK DI PRESENTASIKAN

DALAM MENGIKUTI MATA KULIAH

FILSAFAT ILMU DAN METODE BERFIKIR

Dosen : Prof. Dr. H.CECEP SUMARNA, M.Ag

DI SUSUN OLEH
N A M A : IMAM GOZALI

SEMESTER : I ( SATU ) Th. 2010

KOSENTRASI MENEJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

A. PENDAHULUAN

Dunia rasional dan dunia empiris adala dunia nyata, konkrit dan dapat dibuktikan. Jelas bukan hanya khayalan. Eksistensinya tidak dapat di nafikan, bahkan justru dibutuhkan dan sangat bermanfaat bagi kehidupan umat manusia. Manusia akan menjadi manusia, ketika manusia dalam arti fisialnya, mampu memiliki kemampuan rasionalitas dan kenyataan empiris sebagai bagian dari kenyataan hidup setiap makhluk hidup, termasuk bagi manusia. Realitas ini dapat di manfaatkan sepenuhnya untuk kemakmuran hajat hidup manusia.

Menolak, menafikan dan meninggalkan sesuatu yang rasional dan empiris, akan mendorong manusia hanya menjadi sesuatu yang halus dan tidak mungkin tumbuh menjadi manusia yang empiris. Padahal dalam banyak hal, manusia justru tumbuh dari sesuatu yang empiris. Hidup dan berkembang, di dunia empiris.

Siklus alam telah mengajarkan kepada umat manusia bahwa di dunia ini terdapat sesuatu yang rasional dan sesuatu yang empiris. Mekanisme alam selalu berjalan di atas prisip- prip Sunnatulloh - alamaiyah yang sarat dengan dunia empiris dan rasional. Kejadiannya selalu pasti terulang, itu semua telah dianugrahkan tuhan kepada manusia. Pada sesuatu, baik yang rasional dan yang empiris, tidak dapat ditolak manusia. Ia adalah kenyataan yang tidak dapat diabaikan.[1]

Kemudian Tepatkah jikah disebutka bahwa semua kebenaran harus selalu memakai tolok ukur rasional dan selalu harus empiris ? Dapatkah pula disebutkan bahwa semua yang empiris dan semua yang rasional itu benar- benar menjadi benar dan dapat berguna secara far exellence bagi kehidupan umat manusia ?

Apakah tidak ada kebenaran lain, di luar kebenaran empiris an di atas kebenaran rasional ? Adakah dampak buruk yang mungkin timbul sebagai dampak dari paradigma dan anggapan bahwa kebenaran hanaya terdapat pada sesuatu yang rasional dan pada sesuatu yang empiris? Ragukah kita untuk sekedar mengakui bahwa di dunia yang provan ini ada kebenaran yang sulit dilogikakan dan sekaligus sulit ditemukan dalam kebenaran empiris.

Entahlah! Tetapi, dunia supra rasional dan meta empiris, dunia meta fisik, juga ternya memang nyata ada. Ternyata eksis. Inilah yang secara aksiologis, ternyata sangat berguna bagi umat manusia. Artinya, dunia supra rasional dan meta empiris, juga ternyata suka digunakan bukan saja oleh orang kampung yang awam, tetapi sekaligus dapat digunakan, dimanfaatkan dan dilakoni orang- orang kota yang mengklaim bahwa dirinya sangat akademik dan menguasai teknik- teknik keilmuan modern.[2] Apapun alasannya bahwa dunia meta fisika itu memang diakui oleh semua manusia baik yang terdpelajar maupun yang tidak itu benar- benar ada..

B. PENGERTIAN DAN PEMIKIRAN METAFISIKA

B. 1. Pengertian Meta fisika

Istilah Meta fisika berasal dari bahasa Yunani Meta (sesudah sesuatu ataun dbalik sesuatu) dan Phyisica ( nyata kongkret dan dapat diukur dan dijangkau panca indra). Makna umum dari metafisika adalah ilmu yang mengkaji tentang sesuatu yang eksistensinya berada dibalik yang fisik (nyata). [3]

Meta fisika juga dapat dikatakan sebagai ontologi. Dan ontologi itu sendiri adalah ilmu yang mempelajari tentang yang ada tetapi sesudah sesuatu yang fisik atau sesuatu sesudah yang fisik.

B.2. Pemikiran Metafisika

Berawal dari kesadaran tentang realitas atas tangkapan indra dan hati yang kemudian diproses akal untuk menentukan sikap dan pedirian mana yang benar dan mana yang salah terhadap sesuatu objek atau realitas. Cara seperti ini bisa disebut sebagai proses rasionalitas dalam ilmu. Sementara itu proses rasionalitas itu mampu mengatakan seseorang untuk memahami meta rasional sehingga akan muncul suatu kesadaran tentang realitas meta fisika yakni sesuatu yang terjadi di balik objek rasionalitas atau empiris yang bersifat pisik itu. Kesadaran ini yang juga disebut kesadaran transendensi,

Al-Qur’an menggambarkanya didalam surat Ali Imron:

191. (Yaitu) Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka.[4]

Meta fisika merupakan salah satu cabang ilmu filsafat. Meta fisika sebagai cabang ilmu filsafat yang rumit dan sangat sulit, hal ini dikarenakan didalam bermetafisika dibutuhkan tenaga intlektual yang sangat banyak karena harus melakukan abstraksi. Ditambah lagi dalam bermetafisika permasalahan yang di bahas terkadang sangat abstrak jauh dari materi dan angka- angka. Jadi jangan berharap dalam bermetafisika kita dapat mengukur, membuktikan secara pasti seperti ilmu- ilmu pengetahuan yang menganut metode positiv. [5]

C. KLASIFIKASI METAFISIKA

Metafisika di kelompokkan menjadi dua (6), yaitu :

1. Meta Fisika Umum atau ( Meta Fisika Generalis) di sebut juga Ontologis; ilmu tentang yang ada atau disenut juga pengada, cabangnya yaitu ;

a. Idealisme

b. Matrialisme

c. Naturalisme

2. Metafisika Khusus atau disebut juga Meta Phyisica Specialis, adapun cabang- cabangnya yaitu;

a. Teologi

b. Kosmologi dan

c. Antropolgi

Pada makalah ini penulis akan mengungkap tentang metafisika bagaian yang kedua yaitu metafisika khusus atau meta physica Specialis sebab inilah metafisika yang sejati yang mebahas dunia dibalik sesuatu, yaitu ;

2.a. Teologi ( Ilmu Tentang Tuhan)

Teologi merupaka salah satu cabang filsafat yang mempelajari, menelusuri atau mencari tahu tentang hakekat tuhan dan makna keberadaan-Nya dalanm kehidupan. Sejak dahulu hingga saat ini peermasalahan tentang hakekat Tuhan tetap masih aktual dan tidak akan kunjung berhenti. Tuhan, oleh Plotinus disebut The One.[6]

Riil bahwa manusia tercipta dari tidak ada menjadi ada dengan tanpa turut merancang atau terlibat dalam penciptaan dirinya. Sebagaimana seorang anak kecil yang terlahir dari rahim uibunya, yang sama sekali dia tidak pernah diminta pendapat, bahkan unrtuk memilih warna kulit, postur tubuh, warna rambut ataupun bentuk wajahnya sewaktu dalam kandungan.

2.b. Kosmologi

Kosmolong hakekat gi adalah cabang filsafat meta fisika kgusus yang membahas dan mengkaji tentang hakekat alam semesta (cosmos) dan menyingkap tentang eksistensinya yang tersembunyi di balik fisiknya. Kosmologi membahas secara kefilsafatan tentang hal- hal yang berkaitan dengan eksistensi alam, aslnya, tujuannya, bagaimana alam ini terjadi, bagiamana alam berevolusi, bagaimana susunannya dan lain- lain.[7]

Kosmologi juga membahas secara kefilsafatan tentang hala- hal yang berkaitan dengan eksistensi ilahi (Tuhan) dalam penampakan microcosmos dalam pengalaman kehidupan disekitar manusia. Pertanyaan mengenahi eksistensi ilahi pada penampakan alam semesta yang ada di sekitar manusia, menjadi pertanyaan pertama yang terdapat pada benak manusia, karena secara individualit lahir dan berada di muka bumi ini setelah keberadaan alam semesta. Kemampuan bertanya pertama kalia adalah bertanya tentang lingkungan empirik yang dilihat, didengar, dirasa dan dicium disekitarnya. Yang kemudian dilanjutkan pertenyaan mengenai hal- hakl yang abstrak, tidak lagi pada sesuatu yang dapat dilihat, ditimbang dan ditangkap secara fisik saja. Dalam alam semesta terdapat dua kenyataan, yaitu ;

Pertama, kenyataan yang benar, keseluruhan yang abstrak, meta fisik, gaib, yang hanya dapat dimengerti melalui konsep. Sedanbgkan yang kedua adalah; kenyataan yang kecil yaitu kesatuan empirik yang dilihat, ditangkap dan ditimbang oleh peralatan indra fisik. Pembahasan kosmologi memperoleh posisi pengert yang lebih jelas yang pada dasarnya mencoba membahas hakekat alam semesta sebagai eksistensi Ilahi. Tentang kenyataan alam besar, sesuatu wujud keseluruhan jenis, yang bersifat absttrak, yang hanya dapat ditangkap dan dimengerti melalui konsep filsafat.

2.c. Antropologi

Antropologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu antrophos, yang berarti orang atau manusia dan logos berarti ilmu, jadi antropologi adalah suatu ilmu yang membahas tentang manusia dan hal- hal yang berkaitan dengannya. Antropologi adalah salah satu cabang filsafat yang mempersoalkan tentang hakekat manusia. Pertanyaan tentang hakekat manusia pada dasarnya merupakan pertanyaan yang telah lama, akan tetapi sampai dengan saat ini pertanyaan ini masih sering dibahas, walaupun tidaak pernah ada jawaban yang selesai atau final, karena semua jawaban yang ada selalu dipertanyakan kembali sesuai dengan perkembangan zaman.

Pada sisi lain manusi melihat kenyataan bahwa secara individual ia tidak pernah terlibat sedikitpun akan penciptaan ataupun proses kelahiran dirinya, karena dalam banyak hal ia terlahir dalam keadaan yang seutuhnya telah ditentukan oleh pihak luar dirinya.

Dari semua kenyataan tadi jelas bahwa manusia tidak pernah ikut andil dalam proses penciptaan dirinya, akan tetapi bukan berarti bahwa untuk selanjutnya manusia juga tidak berhan untuk menentukan ataupun ikut andil terhadap proses pendewasaan ataupun menentukan jalan hidupnya.

C. PENUTUP / KESIMPULAN

Dari narasi yang telah di uraikan pada poin perpoi mengenahi pembahasan tentang METAFISIKA” maka penulis dapat menyimpulkan bahwa ;

1. Metafisika itu adalah dunia yang ada dibalik sesuatu yang empiris, rasional atau dibalik yang bersifat fisik adanya dan yang tidak bisa kita pelajari kecuali dengan konsep.

Bahwa Ilmu yang menelusuri tentang Tuhan (Theologis), ilmu yang mempelajariu tentang Alam semesta (Cosmos) dan menyingkap tentang hakekat dan eksistensinya dibalik fisik alam semesta ini, juga ilmu yang membahas tentang manbusia (Antropologi)dan hal- hal yang berkaitan dengannya, merupakan obyek pembahasan metafisika.

sebagai cabang ilmu filsafat yang rumit dan sangat sulit, hal ini dikarenakan didalam bermetafisika dibutuhkan tenaga intlektual yang sangat banyak karena harus melakukan abstraksi. Ditambah lagi dalam bermetafisika permasalahan yang di bahas terkadang sangat abstrak jauh dari materi dan angka- angka. Jadi jangan berharap dalam bermetafisika kita dapat mengukur, membuktikan secara pasti seperti ilmu- ilmu pengetahuan yang menganut metode positiv

2. Bahwa makalah yang hanya tujuh halaman ini tidak akan mampu memuat uraian tentang Metafisika yang sesungguhnya kajiannya sangat luas dan banyak para failosuf yang memilki teori- teori tentang metafisika yang belum penulis muat dalam makalah ini. Maka solusinya adalah silahkan banyak membaca literatur- literatur yang telah tersedia pada lebarary center yang ada.

DAFTAR PUSTAKA :

Prof. Dr. H. Cecep Sumarna, M.Ag, Revolusi Peradaban Pn. Mulia Press, Bandung.

Prof. Dr. H. Cecep Sumarna, M.Ag, Filsafat Ilmu, Pn. Mulia Press, Bandung.

Jan Hendrik Rapar, Pengantar Filsafat, kanisius, Yogjakarta

Departemen Agama, Al- Qur’an dan Terjemahannya, Samara Mandiri,

PRESENTASI

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Yang terhurmat

Bapak Dosen : Prof. Dr. H.CECEP SUMARNA, M.Ag

Rekan- rekan Mahasiswa Pasca Sarjana pada

Kls Kosentrasi . MPI yang saya cintai dan banggakan

A. PENDAHULUA

Yang pertama penulis mulai dari menguraiakan dunia empiris/ dunia rasional. Dimana dunia rasional dan dunia empiris adala dunia nyata, konkrit dan dapat dibuktikan. Jelas bukan hanya khayalan. Eksistensinya tidak dapat di nafikan, bahkan justru dibutuhkan dan sangat bermanfaat bagi kehidupan umat manusia. Manusia akan menjadi manusia, ketika manusia dalam arti fisialnya, mampu memiliki kemampuan rasionalitas dan kenyataan empiris sebagai bagian dari kenyataan hidup setiap makhluk hidup, termasuk bagi manusia. Realitas ini dapat di manfaatkan sepenuhnya untuk kemakmuran hajat hidup manusia.

Kemudian bagian keduan, Penulis mengajak para pembaca untuk memasuki dunia Metafika yang mana dunia metafisika ini yang menjadi pokok pembahasan didalam makalah ini.

Untuk pembahasan Meta fisika ini penulis membagi menjadi dua pembahasan yang pertama :

Pengertian Metafisika dan Pemikiran MF (halam 3 dan 4)

Yang kedua :

Klasifikasi metafisika (halaman 5,6 dan 7)

Dalam pembahasan Klasifikasi ini penulis menguraikannya menjadi dua klasifikasi yaitu:

1. Meta Fisika Umum atau ( Meta Fisika Generalis) di sebut juga Ontologis; ilmu tentang yang ada atau disenut juga pengada, cabangnya yaitu ;

d. Idealisme

e. Matrialisme

f. Naturalisme

2. Metafisika Khusus atau disebut juga Meta Phyisica Specialis, adapun cabang- cabangnya yaitu;

g. Teologi

h. Kosmologi dan

i. Antropolgi

Yang terakhir penulis tutup dengan Kesimpulan (pada halaman 8) yang merupakan intisari dari pembahasan Metafisika pada makalah ini kalau berkenan penulis baca adalah :



[1] Prof. Dr. H. Cecep Sumarna, M.Ag, Revolusi Peradaban,`Mulia Press bandung cet.ke II, Th. 2009, hal 51 – 52.

[2] Ibid, halaman 52 - 53

[3] Prof. Dr. H. Cecep Sumarna,M.Ag. Filsafat Ilmu, Mulia Press bandung

[4] Departemen Agama RI, Al Qur’an dan terjemahannya, CV. Samara Mandiri, jakarta 1971, halaman 110.

[5] Opcit, halaman

[6] Jan Hendrik Rapar, Pengantar Filsafat, Yogjakata, Kanisius, Th. 2004, halaman 108

[7] Ibid, halaman 156

Senin, 10 Oktober 2011

KHUTBAH JUMAT

TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA

DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Oleh : Drs. H. Imam Gozali Djamal

(Di sampaikan pada Hari Jum’at Tgl: 14 Oktober 2011 di Masjid Jami’ Al Amin Pebatan Brebes)

Pada tanggal 25 September 2011 tepatnya pukul 10.00 Wib meletuslah sebuah dentumam bom yeng meskipun berkekuatan low eksklusif tetapi getaran ledakan bom tersebut dapat dirasakan radius sejauh 500 meter dan peristiwa tersebut mengundang perhatian dan sekaligus keprihatian dari semua pihak diseluruh dunia, berangkat dari peristiwa tersebut maka saya ingin menyampaikan sebuah materi khutbah yang ada relevansinya dengan toleransi umat beragama melalui bingkai yang ditawarkan oleh Rasulullah Saw pada 14 abad yang lalu, yaitu Piagam Madinah.

Pembahasan tentang toleransi beragama, di rasa masih sangat signifikan dan urgen, bersamaan dengan gejala masih mengentalnya sentimen-sentimen keagamaan di berbagai kawasan di negeri kita. Fenomena ini tentunya, merupakan tantangan bagi para cendekiawan Muslim untuk segera merumuskan cetak biru toleransi beragama di Indonesia, sekaligus tanggung jawab para ulama untuk memberikan pemahaman kepada umatnya, akan hakikat toleransi sesuai ajaran agama Islam. Sehingga, hubungan intern dan ekstern antarumat beragama yang lebih baik dapat segera wujud, bukan lagi hanya dalam konsep yang berada di menara gading yang tersentuh, hanya berupa keinginan dan teori semata, melainkan dalam kehidupan nyata sehari-hari. Konsep Toleransi dalam Islam yang membumi seperti yang telah diimplementasikan oleh Rosululloh saw yaitu generasi pertama umat Islam.

MAÂSYIRAL MUSLIMÎN RAHIMAKUMULLÂH.

«Toleransi yang dalam bahasa Arab disebut at-tasâmuh sesungguhnya merupakan salah satu inti ajaran Islam. Toleransi sejajar dengan ajaran fundamental yang lain, seperti kasih-sayang (rahmah), kebijaksanaan (hikmah), kemaslahatan universal (mashlahah 'âlamiah), dan keadilan('adl). Beberapa prinsip ajaran Islam ini merupakan sesuatu yang qath'iy, ia tidak bisa dianulir atau dibantah dengan nalar apa pun. Dan sebagai kulliyât, ajaran tersebut bersifat universal dengan melintasi rentang waktu dan dimensi tempat (shâlihatun likulli zamânin wa makânin). Pendeknya, prinsip-prinsip ajaran ini bersifat transhistoris, transideologis, bahkan trans-keyakinan-agama. Merupakan kewajiban mutlak setiap umat Islam untuk berseru dan berdakwah mengajak kepada prinsip-prinsp ajaran Islam ini. Rasulullah Saw bersabda:

قال رسول الله ص م بلغوا فني ولو ايا ت

Sampaikanlah apa yang datang dariku walau pun hanya satu ayat´. (HR. Bhukhari, Tirmidzi,Ahmad dan Darimi)

Sebagai suatu ajaran fundamental atau asasi, konsep toleransi telah banyak ditegaskan dalam Alquran. Di antaranya sebagaimana yang termaktub dalam surat Al Baqarah ayat 256, Allah Swt berfirman:

256. tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut[162] dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.

[162] Thaghut ialah syaitan dan apa saja yang disembah selain dari Allah s.w.t.

Kebebasan untuk memilih agama dalam ayat ini mengandung maksud, bahwa memeluk agamaIslam tidak menghendaki adanya paksaan, melainkan melalui kesadaran dan keinginan pribadi yang bersangkutan. Bagi mereka yang berkenan, dipersilahkan, bagi yang tidak, adalah hak mereka sendiri untuk menolak dengan sepenuh hati. Bahkan ketika ayat ini menggunakankalimat negatif yang dalam tata bahasa Arab dikenal dengan lâ nâfiah´, maka ayat ini dapat diartikan sebagai larangan keras bagi kaum muslimin untuk memaksakan ajaran Islam kepada pemeluk agama lain. Namun sebagai konsekuensinya, seseorang yang telah menjatuhkan pilihannya kepada agama Islam, sudah seharunya konsisten di dalam menjalankan ajaran agamanya secara baik dan benar. Inilah bentuk toleransi agama yang begitu nyata yang ditegaskan oleh Islam.Sama halnya dengan Surat Al-Kafirun ayat 1-6:

1. Katakanlah: "Hai orang-orang kafir, 2. aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. 3. dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. 4. dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, 5. dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. 6. untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."

Melalui ayat ini dapat dipahami, bahwa Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad SAWdan kaum muslimin untuk tidak ikut-ikutan dalam upacara peribadadatan agama lain, karenaajaran Islam mempunyai batasan-batasan tertentu dalam beribadah dan berkeyakinan. Namun tidak juga memaksakan ajaran Islam kepada mereka, karena "bagi mereka (orang kafir) agama mereka, bagiku (orang Islam) agamaku". Nampak di sini adanya keseimbangan, antara tidak turut campur dalam urusan ibadah agama masing-masing dan tidak memaksakan agama kepada mereka. Begitu kuatnya penegasan Islam akan toleransi beragama, Surat Al-Mumtahanah ayat 8 menjelaskan tentang tidak adanya larangan bagi orang Islam untuk berbuat baik, berlaku adil danmenolong orang-orang non-Islam. Allah Swt berfirman

8. Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan Berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang Berlaku adil.

Melalui ayat ini, Alquran berpandangan, bahwa perbedaan agama bukan penghalang untuk merajut tali persaudaraan antarsesama manusia yang berlainan agama. Jangan lupa, bahwa Tuhan menciptakan planet bumi ini tidak untuk satu golongan agama tertentu. Dengan adanya bermacam-macam agama, itu tidak berarti bahwa Tuhan membenarkan diskriminasi atasmanusia, melainkan untuk saling mengakui eksistensi masing-masing (lita'ârafû)

13. Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.

Lagi pun, bukankah Rasulullah Muhammad Saw diutus sebagai rahmat bagi sekalian alam?Walhasil, sungguh tidak beralasan bagi seorang muslim untuk tidak menenggang dan bersikaptoleran kepada orang lain hanya karena dia bukan penganut agama Islam. Pembiaran terhadaporang lain (al-âkhar) untuk tetap memeluk agama non-Islam adalah bagian dari perintah Islam sendiri. Dengan kata lain, pemaksaan dalam perkara agama --di samping bertentangan secaradiametral dengan harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang merdeka-- juga berlawanan dengan ajaran Islam itu sendiri. Sebagaimana firman Allah dala surat al-Baqarahayat 256 tadi: "Tidak boleh ada paksaan dalam beragama. Sungguh telah nyata (berbeda)kebenaran dan kesesatan". Bahkan, Nabi Saw pernah mendapat teguran dari Allah Swt, yang terekam dalam Surat Yunus ayat 99:

99. dan Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka Apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya ?

Menjadi hak setiap orang tentunya untuk mempercayai bahwa agamanyalah yang benar. Namun,dalam waktu yang bersamaan, yang bersangkutan juga harus menghormati jika orang lain berpikiran serupa. Karena hal itu merupakan masalah pribadi, tidak banyak gunanya memaksaseseorang untuk memeluk suatu agama kalau tidak dibarengi dengan kepercayaan dan keyakinan penuh dari orang tersebut. Memeluk agama karena paksaan dan intimidasi merupakankepemelukan agama yang pura-pura, tidak serius, dan bohong.Tidak adanya izin teologis dari sang Maha Pencipta untuk melakukan pemaksaan dalam urusanagama ini menjadi maklum, karena Tuhan telah meposisikan manusia sebagai makhluk berakalyang mampu untuk membedakan dan memilih agama yang diyakini dapat mengantarkan dirinyamenuju gerbang kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat. Allah sendiri telah berfirman:

29. dan Katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka Barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan Barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.

بركالله لى ولكم فى القرءن العظيم زنفعنى واياكم بما فيه من الا يات والذكرالحكيم اقول قولى هذا فاستغفروه انه هوالغفورالرحيم